Kamis, 12 April 2012

Rafif dan Afkar Sunat.

Setelah mundur setahun dari rencana awal semula tahun lalu akhirnya Rafif (11 tahun) dan Afkar (5 tahun) disunat juga. Tahun lalu pas liburan ke Indonesia batal karena kita mikirnya kasian lagi liburan kok harus kesakitan, apalagi ada agenda ke Legoland, JB. Nanti aja deh di Riyadh sunatnya, eh tanya punya tanya sepertinya untuk anak seusia Rafif sudah terlambat buat sunat. Kalaupun disunat disana akan dilakukan operasi dengan bius total. Akhirnya mundur lagi dan diambil keputusan sunatnya di Aceh aja pas kita liburan musim panas tahun ini.
 
Jadilah tgl  23 Juli beberapa hari setelah lebaran, Rafif dan Afkar disunat. 
Prosesnya lumayan lancar Alhamdulillah, walau Rafif sempat takut dan berteriak diawal. Metode yg dipakai adalah metode laser di tempat praktek dokter langganan kakeknya anak-anak. Pulangnya sempat mampir ke Pizza hut, tapi  ga makan di tempat karena obat bius Afkar keburu habis dan dia mulai merasa kesakitan.

Hari ini hari ke 6 setelah sunat, Rafif dan Afkar mulai membaik lukanya. Masih sedikit sakit kalau buang air kecil. Tapi secara keseluruhan lukanya membaik dan mengering.

Untuk Afkar agak sedikit kesulitan waktu buka perban. Atas saran dokter kita aja dia berendam dan pelan-pelan kita buka sendiri perbannya. Rasanya ga tega waktu dengar Afkar menjerit kesakitan. Tapi apa boleh buat perbannya memang harus dibuka. Akhirnya kita janjiin buat beli mainan lego sebagai pelipur lara. Tahun 2015 ini tahun yang lumayan berat buat Afkar setelah bulan Mei kemarin juga dia harus dioperasi usus buntunya. Inshaa Allah Afkar sabar dan tabah 😊
 


Here We Are

Sudah 3 bulan kami berada di Riyadh, ibukota Kingdom Saudi Arabia. Setelah menunggu visa selama 2 tahun ( yap benar 2 tahun bukan 2 bulan ) akhirnya tanggal 3 Januari 2012 saya, Rafif, Aisyah dan Afkar berangkat ke Riyadh menyusul Abi ke Riyadh dengan pesawat Qatar Airways. Pada awalnya kami seharusnya akan tinggal di Al Khobar kota di bagian timur Arab Saudi, tetapi Abi mendapat tawaran kerja lain di Aramco perusahaan minyak Saudi  untuk di tempatkan di Riyadh. 


Sebelum berangkat kami stay di Jakarta selama 2 minggu untuk pengurusan visa. Selama 2 minggu di Jakarta tiap hari saya punya agenda keluar rumah dari mulai medical cek up,  urus visa, ajak anak-anak ke tempat rekreasi, bertemu beberepa teman termasuk Bu Yayah sampai belanja perlengkapan untuk berangkat. Yang lumyan susah nyari jaket musim dingin untuk anak-anak. Saya mencari di beberapa mal dan factory outlet tapi ternyata ketemunya malah di factory outlet di Pejaten Village mal di dekat rumah kakak saya tempat kami menginap yang sudah beberapa kali kami datangi.


Tanggal 28 Desember saya ambil paspor di agen, siangnya langsung minta dipesanin tiket sama kantornya Abi. Besoknya Alhamdulillah tiket sudah dikirimkan via email. Mulailah acara pamitan sama keluarga dan packing barang. Urusan packing barang malah masih lanjut sampai hari H. Barang yang dibawa lumayan banyak sampai siang sebelum berangkat saya harus minta  tolong adek untuk beli satu koper baru. Yang paling banyak adalah buku dan mainan anak-anak. 


Barang yang saya bawa dari Aceh, di Jakarta nambah 1 koper lagi.
Malam abis Shalat Isya saya diantar sama Ibu, Kakak, Adik dan keluarga mereka. Proses check in lumayan heboh karena harus ada barang yang di keluarkan dan dipindahkan ke koper lain. syukur ada ibu yang bantu karena saya harus gendong Afkar yang tidur. Untuk perjalanan ini saya minta bantuan dari petugas bandara untuk mengantarkan saya masuk pesawat. Setelah pamit sama keluarga yang mengantar saya masuk keruang tunggu sambil menggendong Afkar sementara Aisyah tidur didalam stroller yang didorong petugas bandara. Petugas mengantarkan kami sampai diatas pesawat. Hanya saja stroller tidak boleh ikut naik bersama kami melainkan harus masuk dalam bagasi pesawat. Syukurnya Aisyah sudah bangun dan jalan sendiri masuk ke pesawat.


Didalam pesawat anak-anak termasuk Afkar tidak ada yang langsung tidur padahal waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam. Mereka sibuk mencoba kursi pesawat yang bisa diubah menjadi flat bed dan menonton TV. Pukul 2 malam mereka masih makan dan minum jus sambil nonton. Akhirnnya selesai makan saya paksa mereka tidur karena apa jadinya nanti kalau kami harus turun pesawat dan mereka masih tidur. Setelah mereka tidur saya malah jadi ga bisa tidur. Saya agak gelisah dan gugup. Ini perjalanan yang sudah kami tunggu selama 2 tahun. Perjalanan ini juga perjalanan jarak jauh saya yang pertama dengan 3 anak. Tidak lama setelah saya akhirnya bisa tertidur Aisyah menangis. Jadilah saya sibuk menenangkan Aisyah dan akhirnya tidak bisa tidur lagi. 


2 jam sebelum mendarat anak-anak bangun dan mereka lanjut lagi nonton tv dan makan. TV di pesawat benar-benar membantu saya membuat anak-anak betah dan tidak rewel. Sepanjang perjalanan Jakarta - Qatar semua lancar kecuali 5 menit sebelum landing Rafif muntah. Mengotori bangku dan semua bajunya. Syukur kami bisa pindah tempat duduk lain. Awak kabin sangat membantu saya mengatasi masalah muntah Rafif tapi tetap saya panik dan takut karena peswat sudah bersiap landing sementara saya masih di kamar mandi membersihkan Rafif muntah ditambah Afkar yang menangis di luar pintu toilet.


Alhamdulillah kami bisa duduk di kursi tepat pada waktunya. Landing sambil diiringi tangisan Afkar dan Rafif serta Aisyah yang merengek tidak mau pakai sepatu :(. Sewaktu turun pesawat saya dibantu oleh awak kabin. Ketika kami turun juga sudah ada petugas Qatar yang khusus menjemput saya untuk diantar ke terminal. Petugas yang menjemputnya saya perempuan dari Korea. Jadilah sepanjang jalan kami membahas film-film korea seperti Winter Sonata dan Full House :).


Transit di Qatar cuma satu 1,5 jam daripukul 5 pagi sampai 6.30. Begitu sampai saya langsung Sholat Shubuh, ganti pampers Afkar dan makan pagi. Selesai makan Afkar malah BAB terpaksa ganti lagi pampersnya. Tidak lama kemudian kami dijemput untuk kembali naik pesawat. Kali ini pesawatnya lebih kecil karena hanya 1 jam perjalanan. Di pesawat menuju Riyadh Afkar mengamuk dan nangis menjerit-jerit. Sampai tawaran coklat dari awak kabinpun ditolak. Mungkin dia sudah terlalu lelah ditambah lagi kurang tidur malam sebelumnya. Setelah 30 menit menangis akhirnya dia tidur sampai kami tiba di Riyadh.


Puncak segala keruwetan dari perjalanan ini adalah ketika turun pesawat di Riyadh. Tidak ada satu awak kabinpun yang mau menolong saya dengan barang-barang. Jadilah saya turun sambil gendong Afkar bawa tas yang penuh dengan segala barang yang didapat dari pesawat, ditambah ransel, dan jaket Rafif dan Aisyah. Walhasil topi Aisyah dan kotak makanan sponge bob yang diberikan di pesawat ketinggalan. 


Bandara King Khaled riyadh tidak terlalu besar sehingga saya tidak perlu jalan jauh. Loket imigrasi juga kosong. Setelah cap paspor, ambil foto dan sidik cari saya ketempat pengambilan bagasi. Perlu 2 orang porter untuk mengangkut barang kami. dan satu insiden lagi. Stroller saya tidak ada. Kami sudah menunggu sampai semua  barang habis dan stroller tetap tidak ada. Atas saran si porter saya melaporkan di baggage claim walaupun ada rasa pesimis stroller itu bakal ketemu. Tapi ternyata strollernya masih ditakdirkan milik kami. Dua minggu kemudian stroller itu diantar kerumah kami di Riyadh.


Akhir perjalanan kami berakhir dengan bahagia ketika melihat Abi menunggu kami diluar Bandara. Setelah menunggu 2 tahun dan menempuh perjalanan panjang bersama anak-anak akhirnya kami bisa berkumpul kembali. Alhamdulillahirrabil'alamin.

Summer Holiday

Libur telah tiba... Libur telah tiba... Hatiku gembira.... Siapa yang ga gembira kalau lagi liburan, apalagi kalau liburnya selama 11 min...