Rabu, 31 Desember 2008

Melatih Motorik Halus Dengan Memasak


Bolu Kukus kue favorit Rafif & Aisyah selain donat.

Apalagi kue bolu kukus bikinan sendiri :)

Saya memang sering mengajak anak-anak untuk ikut terlibat ketika membuat kue. Karena saya yakin ketika terlibat dalam proses pembuatan kue motorik halus anak juga akan dilatih. Otot-otot tangan anak belum berfungsi sempurna sehingga perlu dilatih. Anak memerlukan kelenturan atas otot-otot tangan untuk melakukan berbagai aktivitas seperti menulis, menggambar dan memakai baju.


Selain dilatih dengan menggunting, menempel atau meronce, sebenarnya motorik halus bisa dilatih dengan melalui kegiatan sehari-hari seperti membuat kue. Ketika membuat kue ada proses menuang, mengaduk ataupun mencampur warna. Pada awalnya anak akan sedikit kesulitan, tepung yang harusnya dituang ke mangkok bisa bececeran karena anak belum bisa menuangkannya dengan tepat sasaran. Tetapi dengan semakin sering anak melakukan berbagai aktivitas menuang, mengaduk dan sebagainya maka motorik halusnya akan terlatih, tangannya semakin lentur dan anak semakin mahir melakukan pekerjaan dengan tangannya.

Mengupas telur, memakai baju sendiri, mengelap debu juga sarana latihan yang bagus untuk motorik anak. Dan masih banyak lagi kegiatan sehari-hari dirumah yang bisa melatih anak. Selain melatih anak motorik halus memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan berbagai aktivitas akan melatih kemandirian dan rasa percaya dirinya. Dia akan merasa dirinya menjadi bagian dari pekerjaan orang dewasa.



Posted by Picasa

Sabtu, 27 Desember 2008

Bagaimana Mengajarkan Anak Bahasa Inggris

Bagi homeschooler kemampuan bahasa Inggris sangat diperlukan karena 90% materi pendukung dari internet menggunakan bahasa Inggris. Dengan kemampuan bahasa Inggris juga membuat kesempatan untuk mendapatkan ijazah International terbuka lebar.

Lalu kapan dan bagaimana cara mengajarkan Bahasa Inggris bagi anak sehingga anak bisa menggunakan bahasa Inggris secara utuh ?. Menggunakan bahasa Inggris secara utuh berarti anak tidak hanya bisa mengerti apa yang dia baca dalam bahasa Inggris, tapi dia juga bisa memahami apa yang dia dengar, berbicara dan menuliskan gagasan-gagasannya dalam bahasa Inggris.

Bahasa Inggris memang sebaiknya diajarkan sejak usia dini.
Alasannya, otak anak masih plastis dan lentur, sehingga proses penyerapan bahasa lebih mulus. Lagi pula daya penyerapan bahasa pada anak berfungsi secara otomatis. Walaupun demikian pengajaran hendaknya dimulai ketika anak sudah mampu berkomunikasi dengan bahasa ibunya yaitu sekitar umur 4 tahun. Karena akan terlalu berat bagi anak apabila harus memepelajari lebih dari satu bahasa pada saat bersamaan. Mempelajari dua bahasa secara bersamaan hanya akan membuat anak bingung memilih bahasa mana yang akan digunakan. Kecuali apabila komunikasi dilakukan secara intensif dengan 2 orang yang berbeda. Misalnya Ibu berbicara dengan bahasa Indonesia dan Ayah berbicara dengan bahasa Inggris secara konsisten. Tidak saling tukar menukar bahasa. Untuk info lebih lanjut silahkan lihat disini.

Pengajaran bahasa Inggris dilakukan secara bertahap. Sama halnya dengan belajar bahasa Indonesia anak tidak langsung belajar berbicara, membaca dan menulis secara bersamaan.

Sebelum bisa berbicara dalam bahasa indonesia anak harus mendengarkan terlebih dahulu bahasa Indonesia. Kalau dia tidak pernah mendengar bahasa tersebut, tidak mungkin dia dapat berbicara. Itu sebabnya biasanya anak yang tuli sejak lahir juga otomatis bisu karena dia tidak bisa mendengar sehingga tidak bisa menirukannya. Jadi pada intinya belajar bahasa apapun caranya sama.

Berikut adalah tahapan-tahapan dalam belajar Bahasa Inggris yang saya sedang terapkan:

1. Listening ( Mendengar)
Selain mendengar kita berbicara anak juga bisa belajar mendengar dengan cara dibacakan buku cerita dalam bahasa Inggris (silahkan lihat daftar perpustakaan digital yang ada disisi sebelah kanan blog ini), mendengar nyanyian sederhana seperti Nursery Rhyme ataupun dengan menonton TV dan VCD berbahasa Inggris. Tapi untuk awal pilih yang kata-katanya sedikit dan sederhana.

2. Speaking ( Berbicara )
Setelah anak sering mendengar dalam bahasa Inggris, anak bisa di didorong untuk berbicara dalam kalimat-kalimat sederhana. Saya awalnya punya kesulitan untuk mengajak anak mau berbicara dalam bahasa inggris. Sampai akhirnya saya menemukan Genki English website belajar bahasa Inggris as Second Language untuk anak-anak. Situs ini berisi berbagai percakapan sederhana yang diubah dengan menjadi lagu dengan ilustrasi yang lucu dan menarik. Sehingga anak menjadi familiar dan mau mencoba berbicara.

Sekarang saya menerapkan waktu 30 menit sehari sebagai waktu keluarga untuk berbicara dalam bahasa Inggris. Layaknya anak usia tahun baru memulai bicara, Rafif juga memulai berbicara dalam bahasa inggris hanya dengan satu kata misalkan car (mobil) ketika ingin mainan mobil-mobilannya. Sekarang dia sudah bisa berbicara dalam kalimat pendek seperti i want car.

3. Reading ( Membaca)
Ada 2 metode umum mengajarkan anak belajar membaca dalam bahasa Inggris yaitu Whole Language Approach dan Phonic.

Whole Language Approach adalah suatu metode belajar membaca dengan menjadikan bahasa sebagai satu kesatuan tidak terpisah-pisah. Belajar membacanya juga sesuai dengan konteksnya. Metode ini lebih menekankan pada arti suatu kata. Contohnya ketika melihat kata cat (kucing) anak langsung diberitahu bahwa itu bacanya "ket" dan itu artinya kucing. Biasanya anak belajar membaca dengan sistem mengingat (memorize) kata yang sudah pernah disebutkan. Kelebihan metode ini adalah anak lebih cepat bisa membaca tapi akan kesulitan ketika harus menuliskan kata yang dimaksud terutama kata-kata yang cukup panjang.

Phonic adalah suatu metode belajar membaca melalui bunyi huruf dengan cara mengejanya satu persatu misalkan saja cat (kucing) berarti dibaca Keh-e-teh menjadi "ket". Setiap kata diurai menjadi huruf-huruf. Karena belajar melalui mengeja maka anak memerlukan waktu lebih lama untuk bisa membaca. Tapi kelebihannya anak lebih mudah ketika harus menuliskan kata yang dia dengar. Apabila anda ingin mengajarkan membaca dengan metode Phonic anda bisa berkunjung ke sini.

Untuk memudahkan anak belajar membaca sebiaknya pilih buku-buku yang sesuai dengan tingkatannya. Misalkan anak yang baru mulai membaca pilih buku-buku yang hanya terdiri dari satu kata misalkan halaman pertama ada gambar buah apel dan dibawahnya ada tulisan This is Apple. Setelah itu bisa dicoba dengan kata yang lain misalkan I like banana. Anda bisa membuat sendiri buku-buku seperti itu atau mendapatkannya melalui Reading A to Z.

3. Writing ( Membaca )
Ini adalah tahapan yang paling sulit dalam belajar bahasa Inggris karena ada banyak aturan yang harus dipatuhi. Biasanya orang Indonesia pasti akan kesulitan untuk berbicara dalam bahasa Inggris. Sebenarnya bukan karena tidak bisa melainkan karena takut salah. Padahal kalaupun kita salah mengucapkan susunan beberapa kalimat ataupun salah tata bahasanya lawan bicara kita pasti akan mengerti. Tapi lain halnya dengan menulis, ketika kita melakukan banyak sekali kesalahan tata bahasa dan cara pengejaan bisa jadi orang yang membaca tulisan kita tidak mengerti apa yang kita tuliskan.

Karena ini relatif sulit, maka menurut hemat saya menulis menjadi tahapan terakhir. Jangan terburu-buru mengajarkan grammar atau menulis jika anak belum menguasai 3 tahap sebelumnya. Untuk mengajarkan Grammar sebaiknya dilakukan secara implisit melalui buku yang berisi kalimat-kalimat yang berpola sama. Misalkan saja apabila halaman pertama berisi kalimat past tense maka halaman-halaman berikutnya juga berpola past tense. Sehingga setelah beberapa kali pengulangan anak bisa mendapatkan gambaran kapan kalimat bentuk past tense itu digunakan.

Jika anak diajarkan grammar secara eksplisit yaitu melalui dengan penjelasan panjang lebar mengenai past tense lengkap dengan rumus yang harus dihapal maka anak akan kebingungan dan akhirnya malah merasa takut untuk menulis. Seperti juga ketika berbicara anak sebaiknya memulai dengan menulis satu kata, kemudian satu kalimat pendek, lalu satu kalimat panjang, terus satu paragraph dan seterusnya. Mungkin nanti tanpa anda sadari tiba-tiba anak sudah bisa menulis satu buku dalam bahasa Inggris.

Wah sepertinya ini artikel terpanjang saya :) Jika anda mempunyai pertanyaan atau tips yang ingin dibagi silahkan mengisi komentar. Saya juga masih perlu belajar banyak. Sehingga saya akan sangat berterima kasih jika ada yang memberikan pengalamannya.














Jumat, 26 Desember 2008

Mendapatkan Sertifikasi atau Ijazah Homeschooling

"Dara, Rafif nggak bisa jadi caleg dong nanti kan nggak punya Ijazah"

Komentar diatas datang dari om saya yang tahu bahwa Rafif Homeschooling. Hanya saja dalam fikiran beliau dengan memilih homeschooling maka tidak bisa mendapatkan ijazah. Dan saya rasa banyak juga yang berfikir seperti itu.

Lalu sebenarnya bisa tidak anak mendapatkan ijazah dengan menjalankan homeschooling?

Jawabannya bisa. Ada 2 pilihan Ijazah yaitu dari dalam negeri atau luar negeri.

Pilihan 1 : Ijazah dari Dalam Negeri ( Paket A, B dan C)
Untuk mendapatkan Ijazah bagi peserta homeschooling dari Departemen Pendidikan Nasional peserta homeschooling harus mengikuti Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK). UNPK diadakan dua kali dalam setahun yaitu di bulan Juli dan November.
Agar dapat mengikuti ujian peserta didik harus terdaftar dulu sebagai anggota Komunitas Homeschooling atau Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Pendaftaran biasanya dibuka 1 - 2 bulan sebelum ujian.

Apabila peserta lulus UNPK maka akan mendapatkan ijazah kesetaraan Paket A untuk setingkat SD, Paket B untuk Setingkat SMP dan Paket C untuk Setingkat SMA.
Ijazah Paket C bisa digunakan untuk melanjutkan kes eluruh universtias negeri di Indonesia, termasuk juga dibeberapa negara seperti Singapur, Jerman dan Malaysia.
Sedangkan untuk Paket A dan B sebaiknya ditanyakan terlebih dahulu sekolah yang akan dituju. Karena belum semua sekolah mau menerima Ijazah Paket A dan B. Biasanya yang mau menerima ijazah paket A dan B adalah SD atau SMP swasta.

Berikut Persyaratn pendaftaran UNPK melalui Komunitas Berkemas :
1. Terdaftar sebagai anggota Komunitas BERKEMAS, peraturan Diknas yang baru tidak memperkenankan pelaku HS tunggal untuk mendaftar langsung.
2. Pada saat ujian telah berumur sekurang-kurangnya 12 tahun untuk Paket A, 15 tahun untuk Paket B dan 18 tahun untuk paket C.
3. Mengirimkan langsung berkas-berkas untuk ujian, yaitu :
- Ijazah tingkat pendidikan sebelumnya yang telah berusia lebih dari 2 tahun kecuali untuk ujian Paket A.
- Akte kelahiran
- Pas foto Hitam Putih ukuran 3x4 (10 lembar) dan 2x3 (10lembar)
4. Membayar sejumlah biaya untuk mengikuti ujian pada saat melakukan pendaftaran di BERKEMAS. Biaya yang harus dibayarkan adalah :
- Biaya pendaftaran menjadi anggota Berkemas (apabila belum terdaftar sebelumnya) sebesar Rp. 200.000
- Biaya ujian yang ditetapkan oleh DIKNAS untuk tahun ini ( biaya setiap tahunnya berubah) adalah sebagai berikut : a. Ujian Paket A (SD) Rp. 100.000 Ujian Paket B (SMP) Rp.100.000 Ujian Paket C (SMA) Rp. 175.000 b. Ijazah Rp. 50.000 c. Administarasi Rp. 50.000
- Total Biaya yang harus dibayarkan untuk mengikuti ujian Paket A atau Paket B adalah Rp. 200.000 sedangkan untuk Paket C adalah sebesar Rp. 275.000 ( belum termasuk biaya pendaftaran BERKEMAS)
5. Mengikuti Syarat –syarat yang berlaku di BERKEMAS dan tidak menuntut BERKEMAS apabila ada kesalahan yang dilakukan oleh DIKNAS sehingga Peserta tidak dapat mengkuti UNPK pada waktu yang telah ditetapkan.
6. Para peserta dari luar kota bisa ikut mendaftar hanya saja harus berada di Jakarta pada saat pelaksanaan ujian dilangsungkan yang akan dilangsungkan selama 3 hari dari pukul 13.00 – 17.00 WIB

Pilihan 2 : Ijazah dari Luar negeri
Ada banyak lembaga dari luar negeri yang mengeluarkan sertifikasi untuk homeschooling seperti sebagian besar dari Amerika. Tapi yang paling menjadi topik pembahasan di Indonesia adalah Cambridge International Examination.

CIE adalah suatu lembaga bagian dari University of Cambridge yang mengeluarkan sertifikasi kualifikasi anak internasional yang diakui di manca negara.
Berbeda dengan UNPK yang terdiri dari 3 level A, B dan C. Ujian Cambridge terdiri dari 4 level yaitu Primary (5-11 tahun), Lower Secondary (11-14 tahun), Middle Secondary (14-16 tahun), dan Upper Secondary (16-18 tahun).

Yang menarik adalah kita tidak harus mengikuti semua jenjang ujian tersebut. Tidak seperti sistem pendidikan nasional dimana kita harus lulus SD dulu untuk bisa melanjutkan ke SMP. Di Cambridge kita bisa langsung mengikuti ujian tingkat Middle Secondary misalnya walaupun sebelumnya kita tidak mengikuti ujian di tingkat Primary atau Lower Secondary.

Untuk mengikuti ujian kita harus mendaftar ke Exam Centre, hanya saja untuk Indonesia Exam Centrenya sudah ditutup sehingga kita harus mendaftar melalui sekolah-sekolah internasional yang menjadi Exam centre atau mengikuti ujian dari Singapura atau Malaysia.

Rabu, 24 Desember 2008

Melukis Dengan Air

 

Melukis tidak harus selalu dilakukan dengan kuas dan cat. Anak bisa juga mencoba melukis dengan semprotan yang diisi air. Wah dia pasti senang sekali bisa bebas melukis dibidang yang luas sambil main air. Untuk botol semprotannya kita bisa menggunakan wadah bekas 'Kispray'. Agar lebih menarik kita bisa membuat air dalam botol semprotan berwarna dengan cara menambahkan pewarna makanan kedalamnya. Hasil lukisannya bisa difoto untuk disimpan.

Tulisan lain yang relevan dengan posting ini:
Membuat Cat Air Sendiri
Posted by Picasa

Membuat Panggung Boneka

 

Panggung Boneka(Puppet Theatre) bisa dibuat dari bahan-bahan yang sederhana. Contohnya seperti foto diatas. Panggung Boneka yang dibuat oleh Pak Dani untuk acara Homeschooling Expo Komunitas Berkemas ini terbuat dari beberapa pipa paralon yang disambungkan hingga berbentuk seperti jemuran handuk. Kemudian dibagian bawahnya ditutup dengan kain berwarna hijau. Sedangkan bagian atas ditutup dengan kain berwarna krem yang bisa dibuka tutup sambil ditarik sehingga layaknya tirai pada panggung pertunjukkan.



Karton putih yang sudah digambar dengan krayon ditempelkan pada paralon bagian atas. Fungsinya adalah sebagai background pendukung jalannya cerita. Sedangkan untuk bonekanya bisa kita buat dengan menggunakan kaos kaki bekas yang diberikan mata boneka serta beberapa asesori lainnya seperti pita.

Posted by Picasa

Selasa, 23 Desember 2008

Fokus Pada Kebaikan Anak Anda

" Duh tau nggak anakku paling nggak PD orangnya, kalau disuruh kenalan pasti malu"
" Iya, anakku juga kalau giliran nyanyi kedepan pasti langsung mau nangis."
"Wah, kalo anakku lain lagi dia malah kadang terlalu berani orangnya"

Itu kata-kata yang sering saya dengar ataupun bahkan saya sendiri malah sering yang sering mengucapkan ketika bertemu dengan ibu-ibu lain. Ada saja kelemahan anak yang diumbar ketika bertemu ibu-ibu lain. Bahkan tak jarang diucapkan tepat didepan sang anak. Sebenarnya saya mengeluarkan statement seperti itu hanya karena ingin curhat sama teman, sambil mencari solusi atas masalah anak saya tersebut.

Hanya saja terlalu sering dibicarakan masalah tersebut ternyata malah semakin melekat ke anak. Loh kenapa begitu yah?

Sebagian orang tua (termasuk saya :p) terlalu sering memikirkan berbagai hal yang kurang pada diri anak. Mereka terlalu fokus pada beberapa kelemahan kecil dan melupakan kebaikan pada anak yang jumlahnya lebih banyak. Sehingga akhirnya masalah kecil tersebut malah menjadi besar dan kebaikan-kebaikan anak menjadi tertutup oleh masalah itu. Secara tidak langsung mereka sering memberikan cap jelek pada anak. Anakpun setelah beberapa kali mendengar komentar negatif dari orangtuanya, akan memandang dirinya negatif.

Lalu bagaimana caranya menghapus stigma negatif yang telah ada? Caranya adalah dengan fokus pada kebaikan anak. Ini saya pelajari melalui dua seminar yaitu di Cikeas dan Seminar Anak Soleh, Pintar dan Kaya. Novian Triwidia Jaya menyampaikan trik yang bisa orang tua pakai untuk lebih fokus pada kebaikan anak. Dengan cara menuliskan 10 kebaikan anak dalam waktu 10 menit. Jika tidak dapat kita lakukan maka kita bisa mencobanya setiap hari dengan cara minimal menulis 2 kebaikan anak setiap harinya.

Kebaikan yang kita tulis juga hendaknya mengungkapkan detil bukan gambaran umum seperti anak hebat, anak soleh dan sebagainya.

Ini contoh beberapa kebaikan Rafif yang saya tulis :
- Rafif mau menolong adiknya naik kemobil dan kemudian membantu menutup pintunya.
- Rafif senang membaca buku
- Rafif sudah pintar menggambar mobil
- Rafif mau berbagi makanan dengan teman atau adiknya
- Rafif sudah bisa membatasi bermain game

dan daftar ini akan terus bertambah panjang setiap harinya. Biarkan anak melihat atau mendengar berbagai kebaikan tersebut sehingga akan membuat dia percaya diri serta memandang positif dirinya

Setiap orang punya kelemahan termasuk anak saya, dan saya tidak ingin lagi membuat anak tertekan dengan kelemahannya. Insya Allah dengan fokus pada kelebihan atau kebaikkannya maka kelemahannya akan tidak berarti lagi

Jumat, 19 Desember 2008

Lomba 17-an Komunitas Homeschooling Berkemas


Menjadi homeschooler bukan berarti melupakan hari-hari bersejarah Indonesia. Termasuk Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Berbagai kegiatan memperingati hari kemerdekaan kami lakukan termasuk diantaranya berbagai perlombaan ketangkasan.





Posted by Picasa

Kagiatan Komunitas Berkemas : Seminar Homeschooling

 

Di komunitas homeschooling Berkemas kegiatan untuk orang tua dan anak sama banyaknya. Bahkan biasanya diadakan bersamaan. Seperti pada tanggal 24 November 2007 yang lalu Berkemas mengadakan seminar seminar A to Z homeschooling dengan pembicara bu Yayah Komariah dan Bu Emmy Soekresno. Pada saat ibu-ibu serius mengikuti seminar. Diluar beberapa anak-anak homeschooling melatih jiwa wirausaha mereka dengan berjualan :)

Tapi kelihatannya di foto kok ibu-ibunya malah asyik senam yah bukan seminar he..he..he.. Itu foto ibu-ibu lagi diajarin brain gym oleh bu Emmy. Pesan penting buat ibu-ibu ketika bersama anak kita harus fun, menghindari cara-cara yang membosankan dan monoton ketika mengajar anak, anak-anak harus mendapatkan kesempatan untuk bergerak dan berkreasi. Bu Emmy juga memberikan berbagai contoh permainan atau karya seni sederhana yang bisa dibuat sendiri oleh anak. Insya allah nanti saya akan mencoba untuk menampilkannya secara bertahap di blog ini.


Posted by Picasa

Manfaat Ikut Komunitas Homeschooling

Saat ini saya tergabung dalam komunitas Homeschooling Berkemasnya Bu Yayah Komariah. Saya mendapatkan info adanya komunitas tersebut melalui internet. Awalnya bu Yayah keberatan menerima saya karena Rafif masih berusia 2,5 tahun. Beliau khawatir saya meminta agar Rafif disediakan waktu belajar setiap hari di Berkemas. Saya bilang bukan itu tujuan saya ikut Berkemas karena saya sudah tahu ketika memilih homeschooling maka saya yang akan bertanggung jawab mengelola kegiatan Rafif, bukan menyerahkannya ke komunitas. Saya hanya butuh bertemu para orang tua lain yang juga menjalankan program homeschooling dan mengikuti kegiatan secara kelompok.

Alhamdulillah akhirnya bu Yayah menerima saya menjadi anggota. Karena saya mendapatkan manfaat yang banyak sekali ketika bergabung dalam komunitas. Manfaatnya adalah sebagai berikut :


1. Rafif mendapatkan banyak teman sesama homescholer
2. Saya bertemu dengan para orang tua yang mempunyai pandangan yang sama dengan saya tentang pendidikan.
3. Mendapatkan berbagai pelatihan Parenting yang diadakan komunitas
4. Bisa meminjam berbagai buku tentang homeschooling ataupun buku-buku lain yang ada di komunitas
5. Bisa patungan untuk membeli materi belajar untuk dipakai bersama
6. Berkesempatan mengikuti berbagai field trip yang diadakan oleh Komunitas seperti ke Pabrik, museum, kolam renang dan berbagai tempat menarik lainnya.
7. Mendapatkan bantuan pengurusan ujian Kesetaraan pada waktu ingin mengikuti.

Jadi fungsi komunitas adalah untuk saling berinteraksi dengan sesama homeschooler. Tidak ada jadwal rutin datang ke komunitas yang harus ditepati. Kegiatan akademik tetap dilakukan sendiri masing-masing. Karena jika kegiatan akademikpun dilakukan setiap hari di komunitas sama saja dengan sekolah bukan homeschooling lagi.

Kamis, 18 Desember 2008

Sistem Pendidikan Kita Melawan Hukum Alam -Dr. Ratna Megawangi, MSc

Berikut ini dikutip dari sebuah milis Homeschooling :

Oleh: Dr. Ratna Megawangi, MSc
Dalam pidato kenegaraan 16 Agustus
2008, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberi janji bahwa pemerintah
memenuhi anggaran pendidikan 20 persen dari APBN sesuai dengan UUD 1945
hasil amendemen. Diharapkan setelah kesejahteraan guru, materi, dan
infrastruktur terpenuhi, kualitas pendidikan Indonesia akan meningkat
untuk menghasilkan sumber daya manusia yang unggul.

Menurut
Ratna Megawangi, praktisi pendidikan dan pendiri Yayasan Warisan Luhur
Indonesia, besaran persentase itu bukan masalah inti pendidikan
Indonesia. Yang penting dibenahi lebih dulu adalah sistem pendidikan
dan hasrat guru untuk mengajar. "Itu yang menjadi roh pendidikan sumber
daya manusia," ujarnya kepada Akmal Nasery Basral, Yophiandi, dan
Santirta dari Tempo, Selasa pekan lalu. Berikut petikannya.


Bagaimana
Anda melihat janji Presiden dalam pidato kenegaraan yang akan
meningkatkan anggaran pendidikan menjadi 20 persen dari APBN?

Memang
ada asumsi peningkatan anggaran akan membuat kualitas pendidikan kita
lebih baik, tetapi saya lihat masalahnya bukan di sana, melainkan pada
sistem pendidikan dan kualitas guru. Kalau kita bicara roh pendidikan,
kedua hal inilah yang perlu diperhatikan.
Pendidikan kita selama ini
academic oriented. Contohnya, ujian itu selalu hafalan dari TK sampai
SMA. Setiap sekolah mengajarkan teaching to the test.
Padahal,
kalau menurut taksonomi, hafalan itu merupakan tingkat terendah
kecerdasan manusia. Menurut (Albert) Einstein, binatang pun bisa
diajarkan menghafal. Akibatnya, aspek kreativitas, deep thinking, tidak
berkembang baik. Interpersonal, refleksi, emosi, spiritualitas, tidak
berkembang baik.
Salah satunya terlihat pada entrepreneurship kita
yang masih rendah. Menurut Ciputra, rasio (entrepreneur dibanding
jumlah penduduk) kita cuma 0,18 persen. Padahal sebuah negara untuk
bisa maju membutuhkan sedikitnya dua persen entrepreneur.

Sejauh mana angka-angka itu menjadi penghambat?

Sejak
kecil anak di Indonesia tidak dibiasakan berpikir kreatif, karena ada
sistem peringkat dari satu sampai sepuluh yang membuat mereka takut
berbuat salah. Takut salah itu adalah cerminan takut mengambil risiko.
Sikap ini akhirnya terbawa ke dunia kerja. Ini yang membuat orang
Indonesia berpikir selalu mengikuti juklak. Padahal orang kreatif itu
yang berpikir keluar dari juklak. Jadi, walaupun sudah (ada kenaikan
anggaran menjadi) 20 persen,
tetap tak akan ke mana-mana pendidikan kita.

Apa yang sebaiknya menjadi prioritas pembenahan?

Pertama,
pelajaran tidak boleh terlalu banyak, terutama di usia dini, 14 tahun
ke bawah. Di usia 10 tahun ke bawah di mana otak berkembang sampai 95
persen, kita ha rus betul-betul membuat sistem pendidikan yang fun. KBK
(Kurikulum Berbasis Kompetensi) dan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) itu sebenarnya bagus, tapi penekannya balik lagi ke
teaching to the test bagi anak-anak SD.
Lalu dari guru yang kurang
adalah spirit of teaching. Banyak guru yang tidak tahu bagaimana
menjadi guru yang benar walau sudah sarjana. Guru yang berhasil adalah
guru yang membuat anak terus ber tanya, dirindukan anak-anak. Sekolah
yang berhasil adalah sekolah yang kalau libur, atau murid-muridnya
dipulangkan cepat, para murid justru enggan karena mereka
maunya
tetap di sekolah. Sekolah itu kan berasal dari kata Yunani scholeia,
yang artinya tempat bersenang-senang. Sekarang, sekolah kita jadi
tempat anak-anak bersenang-senang atau menakutkan?

Ada kecenderungan jam sekolah anak-anak semakin panjang saja bahkan sampai sore hari? Apakah itu tidak membuat anak jenuh?

Tidak
apa-apa sekolah sampai malam sekalipun asal fun. Kalau tidak fun,
sampai jam 10 pagi pun sudah capek sekali. Jadi, yang penting adalah
membuat suasana bagaimana mereka tidak merasa belajar, tapi bermain,
padahal sebenarnya mereka belajar. Singapura sudah meninggalkan sistem
pendidikan berorientasi akademik, tapi lebih pada sisi holistik,
menyangkut emosi dan sosialnya. Jepang dan Korea Selatan juga begitu.
Hukum alam itu menunjukkan mereka yang berIQ di atas 120 hanya 10
persen dari populasi. Yang ber-IQ di
atas 115 sekitar 15 persen.
Sisanya yang mayoritas sekitar 85 persen, memiliki IQ di bawah itu.
Karena itu, kalau fokusnya pada academic oriented, 85 persen siswa
pasti tak bisa mengikuti.

Contoh riilnya bagaimana?

Olimpiade
fisika, olimpiade matematika, dan sebagainya itu. Saya tanya ke
Profesor Yohanes Surya (pembimbing tim Olimpiade Fisika Indonesia),
bagaimana caranya menciptakan para juara seperti itu? Dia bilang yang
dibina itu adalah yang IQ-nya 160 ke atas. Jumlah murid seperti ini
cuma 0,0001 persen dari populasi atau sekitar 3.000 anak Indonesia.
Kalau seperti ini, nggak dibina pun mereka belajar sendiri sudah jago.
Yang
harus kita pikirkan adalah yang mayoritas. Di Swedia, saya pernah
berkunjung ke satu SMA yang punya 16 jurusan. Ada yang untuk menjadi
babysitter, koki, perancang mode, dan sebagainya, selain jurusan sains
dan matematika.
Saya hitung komposisi murid berdasarkan jurusan yang
mereka ambil, ternyata yang mengambil sains dan matematika itu
jumlahnya hanya sekitar 15 persen. Klop dengan hukum alam tadi. Sistem
pendidikan kita malah terbalik karena melawan hukum alam (tertawa).
Kalau melawan hukum alam, akibatnya semua rusak, mental, karakter, kepercayaan diri.
Jadi,
kenapa kita sebagai bangsa gampang marah, karena sejak kecil kita
dipaksakan untuk menerima sesuatu yang bukan seharusnya kita terima.
Anak-anak gampang stres.

Ciri-ciri anak stres itu bagaimana?

Anak
itu akan nggak suka sekolah. Entah karena pelajaran maupun karena
faktor guru. Input dan respons otak anak itu tak bisa dibohongi. Dia
nggak nyaman.
Ada pendapat bahwa para pendidik di tingkat dasar
justru seharusnya para doktor dan profesor yang mengerti padagogi. Anda
setuju? Saya nggak yakin kalau profesor otomatis bisa mengajar di TK
atau SD. Ketika saya ingin membuat TK nonformal di desa, saya kesulitan
mencari guru yang memadai.
Akhirnya direkrutlah lulusan SMP yang
membantu mengajar di TK. Kami beri pelatihan praktis. Ternyata mereka
bisa membuat sekolah menjadi tempat menyenangkan bagi murid. Jadi, yang
penting ada lah guru itu punya ilmu the spirit of teaching. Mau
berkorban. Sekolah kami mengembangkan konsep community based, yang
bayar guru adalah orang tua murid. Ada (orang tua) yang bayar Rp
8.000-10.000 per bulan. Karena itu bayaran guru paling
banter Rp 100 ribu. Herannya, kok mereka masih bertahan? Masih mau mengajar?
Saya pikir itu bisa terjadi karena mereka memang sudah jatuh cinta pada
dunia pengajaran.

Dari konteks ini, bagaimana melihat program pemerintah mengenai wajib belajar sembilan tahun yang dimulai dari umur 7 tahun?

Sekarang
pemerintah sudah sadar dan membentuk banyak PAUD (Pendidikan Anak Usia
Dini) di mana-mana, karena ada istilah six is too late. Ini juga
menjawab kenapa sumber daya kita rendah karena fondasi selama ini juga
tak kuat.
Kalau fondasi tidak kuat, biar sudah tingkat lanjutan
tetap saja tak bisa bagus. Ini yang kami antisipasi, misalnya di Muara
Karang, tempatnya anak-anak kelas bawah. Atau di Tapos yang banyak
anak-anak tukang ojek. Sekarang ini sudah ada sekitar 700 sekolah kami
yang seperti ini, dengan murid rata-rata 30 orang per kelas. Mereka
kritis sekali, bisa bertanya
ini-itu karena, meskipun masih kecil,
sudah punya prinsip. Yang kita tanamkan bukan sekadar knowing the good,
tapi juga reasoning the good, feeling the good, dan akhirnya acting the
good sehingga mereka menjadi agent of change di kampungnya. Mereka
berani menegur orang dewasa yang buang sampah sembarangan. Yang ditegur
pun nggak marah karena yang mengingatkan adalah anak kecil. Malah jadi
lucu dan malu sendiri orang itu (tertawa).

Bagaimana melihat penetrasi pihak internasional dalam pasar preschool di
Indonesia yang belakangan ini makin menjamur?

Sekolah
asing itu bagus-bagus. Saat ini kita hidup dalam era globalisasi,
kenapa kita mempersoalkan asing atau lokal? Bagus itu kan universal.
Bagi yang punya duit, bisa akses,
silakan saja. Tapi ini kan paling
satu persen dari masyarakat. Berapa banyak sih yang bisa membayar uang
sekolah TK sebesar Rp 20 juta sebulan? Makanya kami membangun sekolah
berbasis karakter yang lebih bisa diakses masyarakat banyak. Menurut
saya, pendidikan yang berbasis agama bisa juga menjadi berbahaya jika
aspek kognitif terlalu ditekankan, misalnya doa-doa hafalan seperti di
TPA (Taman Pendidikan Al-Quran), kalau anak nggak bisa lalu disabet
sehingga membuat mereka ketakutan. Seorang kepala TPA di
Kalimantan
Selatan yang ikut pelatihan sekolah karakter langsung nangis mengingat
metode pendidikannya selama ini. Akhirnya kami mulai masuk juga ke TPA
dengan meningkatkan sistem mereka menjadi TK nonformal. Belajar
Al-Quran kan juga bisa dengan suasana yang menyenangkan, misalnya
dengan menyanyi lebih dulu.

Inspirasi membuat pendidikan berbasis karakter ini dari mana?

Saya
terinspirasi oleh Lee Kuan Yew. Singapura sewaktu berpisah dengan
Malaysia itu kan kondisinya critical. Mereka nggak punya apa-apa,
sumber daya alam minim, masyarakatnya pun rentan konflik karena
berbagai ras ada di sana, India, Cina, Melayu. Lee adalah seorang
filosofi, maka dia melakukan pemberdayaan sumber daya manusia dengan
membuka 350 TK. Ini social engineering. Yang diajarkan itu karakter,
bagaimana kebersihan, disiplin.
Tak sampai satu generasi di tahun
1970-an Singapura sudah menjadi negara yang tertib, menjadi tempat yang
menyenangkan, menjadi salah satu negara terkaya di dunia. Ini
direncanakan semuanya. Indonesia mungkin too late ya, tapi tetap harus
dimulai. Masyarakat mulai berbenah. Ada almarhum Cak Nur (Nurcholish
Madjid), Haidar Bagir dengan sekolah Lazuardinya. Biarkan masyarakat
membantu pemerintah.

Kalau guru bisa diajarkan, orang tua
murid di rumah bagaimana? Anak-anak itu kan menghadapi orang tua mereka
di rumah yang belum tentu sama pandangannya mengenai pendidikan?

Tak
jadi masalah. Para orang tua malah terheran-heran kok anak saya sudah
bisa baca? Kok malah sudah nasihatin saya? Para orang tua itu kita beri
tahukan apa yang dipelajari anak-anak mereka di sekolah, misalnya soal
kejujuran. Tinggal dibuat pemberitahuan kepada orang tua agar
memberikan ajaran tentang kejujuran. Semua poin yang perlu diajarkan di
rumah dituliskan. Hasilnya malah membuat orang tua dan anak tambah
akrab karena
batinnya diikat.

Bagaimana kalau ada yang mengaitkan kesuksesan sekolah ini dengan posisi Pak
Sofyan Djalil di kabinet?

Kami
mulai sekolah ini di tahun 2000, sementara Sofyan masuk kabinet 2004.
Pada saat awal beroperasi, Sofyan menjadi devil's advocate. Apa saja
dia kritik. Akhirnya, saya jalan cari sponsor sendiri, seperti ke Exxon
Mobil. Sampai sekarang kalau ada BUMN yang mau menjadi sponsor, saya
mewantiwanti agar lihat dulu sekolahnya, dipahami dulu konsepnya, bukan
karena suami saya Menteri Negara BUMN. Sebab, kalau bersifat topdown
pasti tak akan long lasting.
Dari 55 sponsor sekolah karakter,
memang ada tiga-empat BUMN. Mungkin karena itu ada yang "menembak",
bahwa karena kedudukan suami, yayasan ini mendapat miliaran rupiah.
Bahkan saya dibilang makmur. Silakan diaudit, sepeser pun saya tidak
digaji. Ini juga sudah diaudit, tanya kepada 55 orang yang kerja di
sini. Tapi saya nggak ambil pusing. Justru kami yang membantu mereka
(perusahaan) , karena membuat hasil corporate social responsibility
mereka terlihat.

Apa target yang belum tercapai?

Target saya harus ada 10 ribu sekolah karakter yang bisa kami bentuk untuk membantu pendidikan di Indonesia. ?

disampaikan kembali oleh
Chairul Hudaya
http://www.nuklir.info




Selasa, 16 Desember 2008

Seminar Pendidikan di Sekolah Alam Cikeas

 

Sabtu 29 November lalu saya sempat datang ke acara Seminar Pendidikan di Sekolah Alam Cikeas. Seminar tersebut menampilkan 3 orang pembicara yaitu Grant Cammis, Dip. T, BEd., MEd (konsultan Pendidikan dari Australia), Lendo Novo ( Konseptor Sekolah Alam) dan Rena Latifa ( Psikolog Pendidikan). Seperti biasa setiap seminar saya pasti membawa Rafif dan Aisyah. Mereka senang sekali karena mereka bisa mencoba berbagai permainan di Sekolah alam selama saya duduk diruangan seminar. Sekolah alam mempunyai area bermain yang luas termasuk peralatan outbound didalamnya.

Berikut garis beberapa poin penting yang saya dapatkan dari 3 pembicara tersebut.



Grant Cammis, Dip. T, BEd., MEd
Mr. Cammis menekankan pentingnya Holistic Education untuk pendidikan anak sejak dini.
Holistic Education adalah suatu proses pendidikan yang mengembangkan semua sisi perkembangan anak. Ada 6 Area yang harus dikembangkan yaitu Akademik, Sosial, Fisik, Emosi, Kreativitas dan Spiritual. Maka ketika ke-6 aspek ini dikembangkan maka manusia akan berfungsi dengan sempurna. Hanya saja Mr. Cammis melihat bahwa sistem sekolah di Indonesia sebagian besar hanya menitikberatkan pada sisi akademis saja dan mengenyampingkan 5 area perkembangan lainnya.

Padahal ada banyak keuntungan yang bisa didapatkan dengan menerapkan Holistic Education, yaitu :
- Akan mangakomodir anak-anak yang kurang dalam bidang akademik
- Mengajarkan life skill
- Mendorong anak untuk bertanggung jawab
- Mengajarkan pendidikan karakter yang akan membantu anak sukses termasuk sukses akademik
- Anak lebih siap menghadapi kehidupan after school.

Selain mengajarkan bahasa, matematika, atau sejarah, sekolah hendaknya juga mengajarkan anak tentang dirinya sendiri, hubungan antar manusia, seni dan kemampuan beradaptasi.

Lendo Novo
Sekolah alam digagas untuk memberikan holistic education untuk anak. Sekolah yang tidak hanya mengajarkan anak akademis belaka, tapi juga berbagai hal yang diperlukan setelah anak lulus sekolah nanti. Sekolah alam diciptakan bukan untuk menjadikan anak menggangur dan binggung setelah sekolah. Sekolah alam akan menjadi sekolah bagi para calon entreupreneur.

Rena Latifa

Ibu Rena banyak berbicara tentang psikologi perkembangan anak. Ada 2 hal penting yang saya catat dari pembahasannya :
1. Hati-hati dengan stimulasi yang berlebihan. Jika anda menginginkan anak anda 'lebih hebat' dibandingkan anak lainnya, maka anda sama dengan menjadikan anak anda 'tidak normal'
2. Fokuskan pada kekutan anak. Orang tua sebaiknya tidak terlalu melihat kelemahan anak tetapi fokuskan pada kelebihan anak dan cari tahu bagaimana mangakomodir kelebihan tersebut.

Posted by Picasa

Membuat Kota 3

 

Kali ini judul kotanya Rafif "Kota Kertas" karena bahannya dari kertas seperti kota sebelumnya. Bangunan dan kendaraannya dibuat dari maket yang disediakan oleh Canon Papercraft. Waktu bikin kota ini sebenarnya saya yang capek. Karena tingkat pembuatannya sulit untuk anak umur 4 tahun. Jadilah saya yang sibuk membuatnya. Setiap hari saya membuat dua buah bangunan yang dipilih Rafif sendiri. Setelah itu dia yang menentukan bangunannya akan diletakkan dimana dikotanya.


Setiap hari kotanya semakin bertambah besar. Karena bangunan serta kendaraannya bertambah penuh. Cuma kotanya sedikit unik karena laut bukannya ada dipinggir kota melainkan ditengah kota :)). Saya menahan diri untuk tidak protes bagaimanapun itu kotanya dia sendiri. Biarkan saja dia menikmati imajinasinya sendiri.

Tulisan lain yang relevan dengan posting ini:
Membuat Kota 2
Membuat Kota 1

Posted by Picasa

Membuat Kota 2



Ini versi kedua dari kotanya. Jalan-jalannya dibuat dari kertas Asturo. Kertas ini saya beli dipasar Mayestik seharga Rp. 2000 perlembarnya. Dia juga membuat temoat penyeberang Zona Selamat Sekolah yang terbuat dari kertas bewarna merah lengkap dengan tulisan tengok kanan dan kiri. Ide ini dia dapat setelah menonton program Zeta daru depertemen Perhubungan di televisi.


Bangunannya kali ini terbuat dari balok-balok kayu. Hanya saja sebelum saya sempat mengambil fotonya, kotanya sudah rusak. Balok-baloknya sudah dimainkan untuk yang lain.


Posted by Picasa

Membuat Kota 1

 

Rafif seminggu ini lagi sibuk dengan permainan kotanya. Dia membuat berbagai versi kota untuk dimainkan dengan mobil-mobilannya. Ini versi pertama dari kotanya. Kain flannel berwarna kuning yang lebar dibentangkan diatas mejanya. Kain flannel berwarna abu-abu digunting kecil-kecil untuk jadi jalannya.


Karena dari kain flannel yang bisa melekat satu sama lain sehingga jalannya tidak mudah bergeser ketika dilalui oleh mobil-mobilannya. Untuk gedung dan tokonya diambil dari gambar di ebook yang kemudian di print. Agar tidak mudah bergeser juga saya tempelkan potongan kecil amplas dengan double tape dibelakang kertas tersebut.
Jadilah mainan flannel part 2. Melalui kegiatan bermain ini juga Rafif bisa belajar tentang peta sederhana.

Posted by Picasa

Membuat Cat Air Sendiri

 

Rafif dan Aisyah hobi sekali main cat. Awalnya mereka sering saya belikan Cat Poster Washable dari Crayola supaya gampang dibersihkan. Tapi cepat sekali habisnya. Wah harus cari akal nih supaya mereka bisa puas main cat tanpa tergantung sama cat poster dari crayola yang rada mahal dan susah dicari itu. Akhirnya sekarang kita menemukan solusinya yaitu dengan membuat cat air sendiri dari pewarna makanan. Ide ini awalnya dari milis yang dikirimkan Mbak Ines di milis Sekolah Rumah



Cara membuatnya mudah sekali, pewarna atau pasta makanan dicampurkan dengan sedikit air kemudian ditambahkan dengan tepung maizena sesuai dengan tingkat kekentalan yang diinginkan. Biaya membuatnya juga murah sekali. Satu botol pewarna makanan sekitar RP. 3000 dan itu bisa digunakan berkali-kali.

Hanya saja dibandingkan dengan Crayola cat pewarna makanan ini lebih sulit dibersihkan terutama di kain. Jadi tips saya sebaiknya menggunakan celemek atau baju yang sudah jelek ketika melakukan aktivitas. Kelebihannya ini jika dibandingkan Crayola adalah lebih aman untuk anak yang masih suka memasukkan tangan kemulut. Karena bahan-bahannya dari bahan makanan hanya saja jangan lupa memakai air yang sudah dimasak untuk campurannya.

Selain menggunakannya dengan kuas seperti biasa, anak juga bisa memakai cat ini untuk melukis dengan jari ataupun dengan spons yang dibentuk. Hari ini saya punya kentang sudah membusuk dan potongan pangkal sawi putih yang bisa digunakan untuk berkreasi dengan cap. Wah Rafif dan Aisyah girang banget sampai-sampai lantaipun ikut dicap :)

Posting yang terkait dengan tulisan ini:
Melukis dengan air

Posted by Picasa

Sabtu, 13 Desember 2008

Belajar Menjadi Pendidik

Ketika mempunyai anak saya memutuskan untuk menghomeschoolingkan diri saya sendiri agar bisa menjadi seorang pendidik. Basic pendidikan saya sebenarnya adalah Akuntansi lulusan dari Fakultas Ekonomi UI. Lulus dari FEUI tahun 2000 saya sempat 3 tahun bekerja di BPPN dan IMQ LKBN ANTARA. Ketika menikah saya berhenti kerja. Dan memutuskan akan mendidik sendiri anak-anak kami kelak. Untuk itu saya harus mempersiapkan diri menjadi orangtua pendidik. Empat tahun yang lalau saya belum mendegar ada sekolah untuk menjadi orang tua. Sekarang saya mendengar ada sekolah untuk menjadi orang tua yaitu Auladi Parenting School.

Saya belajar dari banyak para ahli dan media secara otodidak. Berikut ini saya coba list sumber belajar saya, mungkin bisa menjadi masukan buat para orang tua.

Saya belajar dari TV melalui acara:
- Untukmu Ibu Indonesia ditayangkan TVRI, Jumat pukul 11.00 - 12.00
- Nanny 911 dan Super Nanny ditayangkan Metro TV, Sabtu & Minggu pukul 16.00 - 15.00

Saya belajar dari majalah :
- Parents Guide
- Tabloid Nakita
- Majalah Ummi

Saya belajar dari Seminar Pendidikan yang diadakan :

- Komunitas Homeschooling Berkemas
- Lembaga Manajemen Pendidikan Indonesia
- Tiga Raksa Optima Perkasa

Saya belajar dari buku :
- Tetralogi Andrea Hirata
- Buku-buku Parenting Fauzil Adhim, Asma Nadia, Helvi Tiana Rosa, Teh Ninih
- Toto chan Gadis Jilik di Jendela
- Berbagai buku permainan anak cerdas
- Ibuku Guruku, Marty Layne
- Ensiklopedi Pendidikan Anak Islam
- Tamasya Belajar, Linda Dobson
- Teach Your Own, John Taylor Gatto
- Setiap Anak Cerdas, Thomas Amstrong
- Einsten Tidak Pernah Menghafal

Seperti layaknya homeschooling saya juga bisa belajar kapan saja, dimana saja dan dengan siapa saja. Saya baru akan lulus dan berhenti belajar ketika anak saya sudah mendapatkan tiketnya untuk masuk ke surga.




Membuat Lilin Mainan (Playdough)

Mainan edukatif tidak selalu berarti mahal. Terkadang sesuatu yang bisa mencerdaskan anak bisa kita beli dengan harga murah atau bahkan bisa kita buat sendiri. Lilin MAinan atau Playdough salah satunya. Dengan playdough anak bisa menciptakan berbagai bentuk sesuka hati mereka. Ketika mereka sedang bermain lilin sebenarnya mereka sedang melatih motorik halus mereka yang nantinya akan sangat berguna ketika mereka belajar menulis karena otot tangannya sudah lentur. Mereka bisa juga mengulung lilin menjadi cacing-cacing panjang yang kemudian dibentuk manjadi angka dan abjad.

Lilin mainan bisa dibuat sendiri. Ini resepnya :



Resep Lilin Mainan :

1 cangkir tepung terigu atau maizena
2 sdt krim tartar ( bisa diperoleh di supermarket atau toko bahan kue)
1/2 cangkir garam
2 sdm minyak
1 cangkir air
bermacam-macam pewarna makanan

Cara Membuat:
Campurkan terigu, krim tartar dan garam. Lalu masukkan minyak dan air. Masak selama 3 menit sampai adonan kental. Lalu bagi menjadi beberapa bagian. Masukkan pewarna makanan yang diinginkan pada tiap-tiap bagian.

Libatkan anak- anak pada saat membuat. Ini akan sangat menyenangkan bagi anak-anak.Mereka bisa berpura-pura menjadi koki atau pekerja pabrik. Mereka akan belajar ukuran ketika mengukur bahan ( matematika), kemudian kembali melatih motorik halus ketika menuang bahan agar tidak tumpah (sosial), belajar perubahan suatu zat ketika mereka melihat tepung yang tadinya kering menjadi basah dan lembek kemudian berubah lagi menjadi menggumpal (sains), mereka bisa belajar mencampur warna dan membuat aneka bentuk sesudahnya(seni).

Hanya orang tua perlu menyiapkan kesabaran ketika melihat dapur mereka sedikit berantakan dan berubah menjadi studio seni :)

Jumat, 12 Desember 2008

Tempat Bermain : Taman Ragunan

 

Taman Ragunan jadi tempat yang paling sering kami kunjungi jika ingin bermain di taman. Letaknya di dalam kompleks Bumi Perkemahan Ragunan JL. Raya Ragunan depan Departemen Pertanian. Kalau mau ke Ragunan sih musti lewat depan taman. Sebenarnya taman ini untuk tempat berkemah tetapi ada juga tempat bermain anak yang dilengkapi dengan ayunan, perosotan, panjat-panjatan dan bak pasir.


Banyak aktivitas yang bisa dilakukan selain bermain di area bermain. Lapangan rumput yang luas bisa dijadikan tempat untuk lari-lari, main bola, main gelembung sabun, guling-gulingan, ataupun main layangan. Keinginan Rafif untuk manjat pohon juga kesampaian disini karena banyak pohon dengan cabang rendah yang bisa dipanjat. Bosan bermain bisa jalan diarea jogging tracknya sambil mencari capung ataupun serangga lainnya. Kata kuncinya cuma satu bebas euy !!

Untuk masuk tidak dipungut bayaran hanya saja kalau ingin ada acara kelompok dan rombongan harus membayar Rp. 2000 per orang serta melaporkan kepada Pak Kosim petugas yang mengelola taman. Saran saya kalau mau ketaman ini jagan hari Minggu pagi karena rame banget jadi ngga puas maennya. Kalau hari minggu pagi kami biasanya main ke UI Depok.


Posted by Picasa

Selasa, 09 Desember 2008

Tempat Bermain

 

Awal menjalankan homeschooling sempat timbul keraguan, wah kalau gak dimasukin sekolah anakku mau main dimana yah. Rumah kami kecil, halamannya juga sempit sekali sedangkan lingkungan sekitar rumah juga pemukiman padat penduduk. Bagaimanapun anak-anak butuh berlari, main diarea yang terbuka, main perosotan, ayunan ataupun permainan lain layaknya disekolahan. Memang ada sebuah TK didekat rumah dimana anak-anak bisa bermain disana disore hari hanya saja halamannya yang kecil sudah penuh dengan ayunan dan perosotan sehingga tidak ada ruang untuk anak-anak sekedar bermain bola.


Seiring dengan berjalannya waktu saya mulai menemukan beberapa tempat bermain buat anak, kadang di TKnya teman, ditaman, di UI, di Buperta Ragunan . Walaupun harus berpindah-pindah tempat, bahkan terkadang musti gotongan sepeda segala ke mobil tapi anak-anak selalu punya tempat bermain yang berbeda sehingga mereka tidak akan bosan dengan hanya satu lokasi setiap harinya.

Ini foto Rafif dan Aisyah di TK Tetumnya Bu Endah. TKnya punya banyak mainan seru loh ada panjat-panjatan, ring basket, balok titian, bak pasir bahkan kolam berisi kura-kura. Foto ditempat bermain lain akan menyusul yah. Musti bongkar-bongkar file dulu :)


Posted by Picasa

Mengajarkan Anak Membaca

Rafif bisa membaca ketika umur 3.5 tahun. Ini yang jadi "penyelamat" dari keinginan nenek serta kakek untuk memasukkan Rafif kesekolah. Bagi mereka indikator keberhasilan Rafif belajar dirumah adalah bisa membaca. Homeschooling mereka anggap berhasil karena melihat Rafif bisa dengan senang membaca buku. Tapi bisa membaca sebenarnya bukan tujuan utama saya menjalankan homeschooling. Bahkan saya tidak khawatir kalaupun ketika sudah berusia 7 tahun Rafif belum bisa membaca.

Tujuan utama saya adalah anak senang dan mengerti apa yang dia baca bukan hanya sekedar membunyikan huruf demi huruf tanpa dia tahu apa artinya. Kalau ada yang bertanya berapa lama saya mengajarkan anak membaca saya akan menjawab 3 tahun. Ya butuh waktu 3 tahun untuk membuat dia bisa membaca.

Saya memulainya ketika Rafif berumur 6 bulan. Saya mulai memperkenalkan buku seperti layaknya mainan. Awalnya tidak langsung dengan membacakan tetapi dengan memperlihatkan bagian-bagian dari buku, cara membuka buku, menunjukkan judul serta pengarang buku dan memperlihatkan gambar-gambar yang ada. Tidak langsung berhasil memang butuh beberapa waktu dan beberapa buku yang robek :) sampai Rafif terbiasa dengan buku.

Ketika mulai dibacakan juga tidak berlangsung lama pada awalnya, tetapi lama kelamaan tingkat konsentrasi Rafif mendengarkan cerita mulai meningkat. Saya meminimilisasi pengaruh tv agar dia lebih tertarik dengan buku. Karena TV dengan gambarnya yang beregarak lebih menarik daripada buku. Ketika umurnya 2 tahun dia sudah benar-benar mencintai buku. Setiap hari selalu minta dibacakan buku termasuk juga buku-buku dalam bahasa Inggris. Saya juga mulai meningkatkan pemahamannya ketika dibacakan buku dengan cara menanyakan beberapa hal yang terdapat dibuku. saya juga belajar banyak dari buklet yang diterbitkan oleh Pemerintah Amerika untuk program Head Start-nya bagaimana mengajarkan literacy kepada anak.

Setelah Rafif sangat menikmati buku saya mulai mengajarkannya membaca dengan cara mengenalkan huruf, menempelkan tulisan di benda-benda yang ada dirumah supaya dia mengerti bahwa setiap susunan huruf itu mempunyai makna ataupun bermain tebak-tebakan kata.

Umur 3 tahun lebih saya mengenalkan Rafif metode Cantol Raudhoh yaitu suatu metode mnegenalkan anak dengan suku kata melalui VCD lagu dan kartu kartu. Setiap satu suku kata diasosiasikan dengan satu benda misalnya ba dengan baju, ca dengan cabe dan seterusnya. Kurang dari sebulan kemudian Rafif sudah bisa membaca buku dan paham apa yang dia baca sekarang dia bahkan sudah bisa membacakan buku untuk Aisyah. Metode Raudhoh memang membantu tapi tanpa rasa ketertarikan yang kuat terhadap buku sebelumnya tidak mudah bagi Rafif untuk bisa membaca buku. Cuma ada satu kelemahan dari metode mambaca dengan suku kata seperti metode Raudhoh yaitu anak tidak bisa menulis apa yang sudah dia baca. Seperti kata payung ataupun nyenyak Rafif masih kesulitan menuliskannya. sehingga walaupun sudah bisa membaca saya masih harus mengajarkan membaca secara mengeja juga agar dia bisa menuliskan apa yang dia baca.

Jumat, 05 Desember 2008

Semua Bisa Sedih


Buku Semua Bisa Sedih terbitan Tiga Serangkai ini adalah favorite Aisyah saat ini. Anak-anak sepertinya punya satu buku kesayangan yang akan dia baca berulang-ulang. Setiap hari Aisyah pasti bertanya "mi, buku idih ( sedih) mana?". Abangnya Rafif juga dulu punya buku favorite yang judulnya Mimi The Selfish Kitten. Buku Semua bisa sedih mempunyai ukuran serta illustrasi gambar yang besar. Dilengkapi juga dengan sampul hard cover.

Ini salah satu buku yang membantu anak mengenali perasaan yang sering dialaminya yaitu sedih dan bagaimana rasanya. Setelah itu anak diajak mendengarkan cerita Omar yang sedih ketika ada temannya yang mengolok-olok dan cerita Amy yang merasakan kesdihan karena kelinci peliharaannya mati.

Buku seperti ini akan membantu anak meningkatkan kecerdasan emosinya karena anaknya diajak untuk mengetahui apa yang dia rasakan, bagaimana menyalurkannya sehingga anak tidak melakukan hal yang buruk dan apa yang bisa dia lakukan ketika ada orang yang sedang sedih.

Dibagian akhir buku ini juga diberikan petunjuk bagi orang tua bagaimana caranya membantu anak mengatasi perasaannya. Saya belajar dari buku bahwa semu emosi itu baik marah, kesal, sedih semua adalah hal normal yang dirasakan anak sebagai manusia. Sebelumnya ketika anak perasaannya sedang ngga enak saya pasti mengeluarkan komentar-komentar yang tidak berempati. Seperti, "Jangan nangis dong!", "Masak gitu aja takut" atau " Kok marah-marah melulu". Komentar seperti itu hanya membuat anak semakin tidak nyaman dengan perasaannya. Sekarang saya berusaha berempati kepada anak, hanya saja ada satu hal yang saya tekankan kepada anak yaitu kalau marah tidak boleh memukul atau merusak barang. Bagaimanapun kecerdasan emosi adalah salah satu kecerdasan yang harus kita kembangkan pada anak.

Kamis, 04 Desember 2008

Menentukan Arah Angin


Anak-anak selalu mempunyai rasa ingin tahu. Tidak seperti orang dewasa yang pada umumnya malu untuk bertanya pada anak sepertinya tidak ada istilah malu bertanya. Pertanyaan mereka meluncur deras laksana rentetan peluru dari senjata otomatis. Setiap hari ada saja topik yang mereka tanyakan. Terkadang saya tidak langsung menjawab pertanyaan mereka karena dua hal pertama karena saya ingin mereka mencari sendiri jawabannya. Yang kedua karena saya memang tidak tahu jawabannya :)

Rasa ingin tahu merupakan modal awal yang Allah berikan pada setiap anak. Rasa ingin tahu membuat anak terus belajar, karena ketika kita tidak ingin mengetahui hal baru itu artinya kita berhenti belajar.

Percobaan sains menentukan arah mata angin ini kami buat untuk menjawab pertanyaan Rafif ketika dia sedang duduk diteras rumah merasakan hembusan angin " darimana sih ini anginnya".


Posted by Picasa

Memo Untuk Rafif


Anak-anak selalu butuh perhatian dan kasih sayang orang tua, apalagi diwaktu dia sakit. Kasih sayang bisa ditunjukkan dengan kata-kata, pelukan atau sentuhan hangat ataupun tulisan. Ini memo kecil yang saya buat ketika Rafif sakit. Semuanya menuliskan hiburan untuk Rafif termasuk Aisyah. Coretannya pasti berarti "abang aku kangen main sama bang Rafif" :)


Memo kecil seperti ini bisa dibuat dari kertas putih biasa ataupun kertas berwarna seperti origami. Kertas tersebut bisa kita gunting ataupun kita lipat sehingga menghasilkan berbagai bentuk yang menarik. untuk polanya bisa dilihat disini

Kamis, 27 November 2008

Mainan Flannel

 

Media belajar anak bisa kita buat sendiri dengan mudah dan relatif murah. Bahannya bisa dari kardus bekas ataupun dari kain flannel. Salah satu karakterisitik dari kain flannel adalah bisa menempel satu sama lain. Sehingga semua bentuk yang kita buat bisa kita tempel dan kemudian dicopot kembali dengan mudah di sebuah papan atau karton yang sudah kita lapisi dengan kain flanel lain.


Saya mempunyai banyak koleksi mainan dari kain flannel tiga diantaranya seperti yang tampak pada foto. Untuk polanya bisa didapatkan dari internet ataupun buku bekas mewarnai. Mainan flannel pohon apel bisa digunakan untuk belajar menghitung, penambahan ataupun pengurangan dengan mencopot atau menempelkan buah apel di pohonnya.

Anak juga bisa lebih mengenal tugas dari pemadam kebakaran serta alat-alat yang diperlukan dengan mainan flannel pemadam kebakaran, sebagai referensi lanjutan bisa membaca salah satu buku di Lookybook ini

Mau pura-pura julan eskrim juga bisa. Ada berbagai macam rasa eskrim beserta topingnya yang bisa dipadu padankan sendiri. Selain itu kita juga bisa mengajak anak bermain memory game dengan cara menyusun beberapa jenis eskrim diatas conenya. Kemudian susunan itu di bongkar dan anak diajak untuk menyususn kemabali dengan sama persis seperti sebelumnya. Ini akan membuat anak berlatih untuk mengingat urutan tertentu.

Mainan flannel ini juga sangat membantu anak meningkatkan kemampuan bahasanya karena anak bisa menciptakan berbagai cerita dari berbagai pola mainan flannel. Jika anda tertarik bisa mencoba membuat sendiri dirumah, Insya Allah anak pasti akan senang bermain bongkar pasang flannel ini.

Jika kesulitan mendapat flannel atau tidak punya waktu untuk membuat sendiri mainan flannel bisa menghubungi saya dengan meninggalkan komentar di blog ini atau email ke umirafif@yahoo.com.sg. Selain gambar diatas saya juga punya koleksi binatang peternakan, pizza, rumah dan kendaraan.

Posted by Picasa

Sosialisasi : Saudara Sepupu

 

Sosialisasi merupakan masalah terbesar bagi para orang tua ingin melakukan homeschooling bagi anaknya. Tetapi sebenarnya sosialisasi bukan merupakan masalah besar dalam HS orang tua tidak perlu khawatir anaknya akan berubah menjadi anak pemalu dan tertutup ataupun gak gaul selama HS. Teman bisa ditemui dimana saja tidak harus disekolah. Bisa adik atau kakak dirumah, tetangga, saudara sepupu, temannya saudara sepupu, teman sesama HS, anaknya teman ibu atau bapak. Rafif mempunyai banyak teman dari rentang usia yang berbeda-beda



Rafif mempunyai banyak teman dari rentang usia yang berbeda-beda. Itu membuat dia belajar berinteraksi dengan berbagai golongan usia yang ada dikehidupan sehari-hari tidak hanya terbatas teman yang berumur sama saja. Dengan teman-teman yang lebih besar Rafif belajar bertingkah laku dan berbagi, dengan teman yang lebih kecil dia belajar untuk menjaga dan menjadi "pengajar".
Foto ini adalah foto Rafif bersama dua saudara sepupunya yang bersekolah formal. Kakak Sarah ( kelas 3 SD Yasporbi ) dan Abang Ais (kelas 1 SD Bhakti Tugas).

ps: kolam mainannya saya beli di Pasar Gembrong seharga Rp. 50.000

Posted by Picasa

Senin, 24 November 2008

Mudik ke Aceh

 

Setiap tahunnya kami selalu pulang ke Aceh, karena orangtua saya dan suami masih tinggal di Aceh hanya beda kota. Bagi anak-anak lain mudik berarti liburan, tapi bagi Rafif dan Aisyah mudik berarti mempelajari berbagai hal baru yang menarik. Mulai dari pelajaran geografi bahwa Aceh itu jauh sekali dari Jakarta membutuhkan waktu berjam-jam untuk sampai ke Aceh. Menikmati langsung berbagai alat transportasi mulai dari pesawat terbang, bis, kapal laut sampai dengan becak mesin.

Belajar berbagai macam hidup yang tinggal di pantai yang masih bersih sekali, belajar adat istiadat orang aceh sampai dengan melihat langsung dampak dari sebuah Tsunami.
Ya, keluarga kami ada yang hilang dibawa tsunami hampir lebih dari setengah anggota keluarga besar yang tinggal di Banda Aceh. Tapi sekarang sudah banyak pembangunan. Bahkan rumah-rumah yang dulunya habis disapu tsunami juga sudah mulai dihuni kembali. Mungkin mereka berfikir bahwa tsunami tidak akan datang setahun sekali. Walaupun begitu cerita tentang tsunami pasti sudah diturunkan mulai sekarang kepada setiap generasi. Sehingga ketika gempa besar kembali menghantam lagi anak cucu yang mungkin hidup 100 tahun lagi sudah tahu apa yang harus mereka lakukan. Cerita turun-temurun ini yang menyelamatkan ribuan orang di Pulau Semelue, pulau yang begitu dekat dengan pusat gempa tapi hanya sedikit korban yang meninggal.


Posted by Picasa

Sabtu, 22 November 2008

Flat Stanley

 
Ini foto Rafif dan teman-teman sesama homeschooler di TK Tetumnya Bu Endah sambil memajang hasil karya mereka. Selama 1 bulan Rafif dapat undangan dari Bu Endah untuk ikutan program Flat Stanley.


Flat Stanley adalah sebuah program dimana kita bisa saling mengirimkan boneka kertas yang sudah dilaminating ke setiap orang yang juga ikut program Flat Stanley. Boneka yang kita kirim akan diajak keliling oleh sipenerima dan kemudian dikirimkan kembali ke kita beserta foto-foto kegiatan boneka disaat sedang berada ditempat si penerima boneka. Pekan pertama kami kedatangan boneka Burung Pukeko dari Welinggton, Selandia Baru. Bu Endah membacakan surat dari Bennet Family dan memperlihatkan foto Bennet Family. Kemudian anak-anak di tugaskan untuk menggambar atau bercerita mengenai apa yang akan mereka lakukan dengan Pukeko selama Pukeko ada di Jakarta. Sambil menggambar Bu Endah becerita mengenai Selandia Baru, berapa lama kesana, bagaimana cuaca disana, dimana letak Selandia Baru dan berbagai fakta geografi mengenai Selandia Baru. Semua bersemangat mendergkan karena mereka ingin tahu tempat asal teman baru mereka Pukeko. Rafif mengambar Burung Pukekonya diajak beli es krim ke supermarket. Gambar-gambar mereka akan dikirimkan bersama si Pukeko kembali ke Selandia Baru.

Posted by Picasa

Tamasya Belajar


Selama ini belajar biasanya selalu dikonotasikan dengan hal yang menjemukan. Banyak ibu-ibu yang kesulitan menyuruh anaknya belajar.Beda halnya dengan Tamasya wah pasti ngga ada yang nolak :) Dalam homeschooling kedua hal ini bisa berjalanan searah. Term tamasya belajar ini pertama kali saya temukan di sampul depan buku homeschooling pertama saya yaitu Tamasya Belajar karya Linda Dobson yang diterjemahkan oleh Mizan.

Begitu melihat buku ini saya seneng banget karena sudah lama nyari buku tentang HS di Indonesia. Selama ini informasi tentang HS paling cuma dari majalah yang ga komplit. Lihat judulnya pas banget sama pandangan saya dengan HS. Ketika saya menjalankan HS dengan anak itu berarti kami melakukan perjalanan yang menyenangkan menjadi pembelajar sejati. Kami melalui jalan yang tidak banyak orang melaluinya, tapi bukan berarti karena ngga asyik. Justru dalam HS belajar itu seasyik bertamasya. Dimana ilmu itu dicari bukan untuk mendapatkan nilai. ilmu itu dicari untuk lebih mnegenal Allah SWT.

Domain baru

Akhirnya setelah sekian lama vakum bisa ngeblog lagi. Mulai saat ini saya punya tekad untuk bisa membagikan pengalaman menjalankan homeschooling secara reguler dan terperinci melalui blog ini. Domain juga sudah dirubah tidak lagi menggunakan blogspot menjadi lebih simple dengan hanya menampilkan nama saja. Domain ini saya beli dari Yahoo Domain hanya seharga sekitar Rp. 20.000 untuk satu tahun pertama, jauh lebih murah dari harga domain lain yang berkisar antara Rp. 80.000 - 100.000. Eiiit, jangan kaget dulu, Rp. 20.000 karena Yahoo lagi ada program discount.

Blogspot sendiri sebenarnya juga menyediakan layanan pembelian domain tapi harganya $ 10 . Tahun kedua saya akan melakukan transfer domain pindah layanan ke penyedia domain lain karena untuk tahun kedua tarif yang ditetapkan yahoo lebih mahal lagi.

Kamis, 14 Agustus 2008

Motivasi Homeschooling

Ada banyak motivasi orangtua melakukan homeschooling. Di Indonesia mungkin yang paling umum adalah karena ketidakpuasan dengan sistem pendidikan yang ada ataupun karena biaya pendidikan yang semakin hari semakin melambung. Yang jelas setiap orang punya alasan khusus kenapa memilih homeschooling. Ada beberapa alasan saya pribadi untuk tidak mengirimkan anak saya yang berumur 4 tahun kesekolah:



1. Bagi anak balita saya memfokuskan mereka untuk mengetahui mana tingkah laku yang baik dan yang buruk. Dan mereka belajar hal tersebut dari orang dewasa. Akan sulit bagi anak untuk belajar bahwa mengejek atau memukul itu tidak baik jika itu yang dilihatnya sehari-hari. Tidak semua anak yang bersekolah mendapatkan pengajaran mengenai tingkah laku dengan baik. Dan tidak semua sekolah mempunyai guru yang bisa menghadapi sekitar 15 anak sekaligus.
2. Rafif , punya keteguhan besar dalam dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Akan sulit bagi dia apabila harus melakukan hal lain ketika dia sedang asyik dengan kerjaannya. Pasti akan sering terjadi kekecewaan apabila dia bersekolah karena dia harus selalu mengikuti jadwal tertentu. Bisa saja ketika dia masih ingin mengambar tapi sudah harus main diluar.
3. Semua keahlian atau kurikulum yang harus diajarkan kepada anak Balita bisa diajarkan dirumah. Rumah dan sekitarnya menyediakan sumberdaya yang laur biasa untuk belajar anak. Sepertinya akan sulit untuk memindahkan rumah dan lingkungan sekitarnya didalam satu kelas. Bagaimana saya mengatur rumah untuk dijadikan sekolah bisa dibaca disini.

Senin, 28 Juli 2008

Unlimited Internet

Alhamdulillah akhirnya cita-cita punya koneksi internet dirumah kesampaian. Telkomsel menawarkan Unlimited Internet untuk kartu Halo hanya sebesar Rp. 150.00 termasuk PPn. Memang sih masih lebih mahal dari First Media yang cuma Rp. 100.000. Kecepatannya lebih lambat cuma up to 256 kbps daripada Telkomsel Flash tapi cukup memadailah untuk kebutuhan browsing dan download sehari-hari. Sumber belajar buat Rafif makin tak terbatas. Bisnis Internet juga makin lancar :) Kalau tertarik bisa dicek langsung Hot Offering dari Telkomsel ini di sini.



Jumat, 20 Juni 2008

Origami Club

Pernah ngga mencoba membuat origami tapi akhirnya gagal? Saya sering banget :( Biasanya tiap beli kertas origami saya suka nyobain bikin berdasarkan kertas petunjuk yang biasanya diselipin didalam satu plastik origami. Tapi petunjuknya suka nggak jelas, ngga jarang baru setengah jalan saya udah bingung lipatnya kemana lagi yah? Pengennya bikin mainan murah meriah untuk anak dari kertas eh yg ada malah kesel sendiri.
Sampai akhirnya "masa pencerahan" itu tiba ketika saya menemukan situs Origami Club. Karena disana tidak hanya menampilkan petunjuk dalam bentuk gambar saja tapi juga dalam bentuk animasi yang bergerak. Bahkan kita bisa mengatur animasinya apakah mau di ulang, dipercepat atau distop. Jenis-jenis origami yang ditampilkan juga sangat beragam dari mulai yang sederhana sampai origami dengan tingkat pembuatan yang sulit. Bahkan ada juga loh origami yang dibuat dari kertas koran yang bisa dibentuk menjadi sandal ataupun topi yang bisa digunakan.
Jadi buat anda penggemar ataupun baru ingin mencoba membuat origami situs ini sayang untuk dilewatkan.

Kamis, 19 Juni 2008

Bekerja Dari Rumah

Beberapa waktu lalu teman kuliah saya, Endah membuat kejutan. Tanpa ada pemberitahuan sebelumnya dia mengumumkan launching toko onlinenya Excella Galery yang menjual barang-barang kerajinan Indonesia. Sebenarnya temen saya itu sudah mempunyai pekerjaan yang lumayan bagus untuk di World Bank, tetapi keinginan untuk bekerja dari rumah membuatnya mau berjibaku untuk memulai suatu usaha baru. Bagi para ibu bekerja dari rumah memang pilihan yang ideal karena dapat memiliki banyak waktu kebersamaan dengan anak tanpa kehilangan peluang ataupun aktualisasi diri. Yang menjadi masalah adalah mau bisnis apa yah? Kalau tidak mempunyai ketrampilan atau produk yang akan di jual bagaimana? Kalau tidak punya tempat bagaimana? sewa toko kan mahal ? Ini beberapa pertanyaan yang kerap terdengar dari teman2 saya yang ingin mencoba bekerja dari rumah.
Sebenarnya peluang bagi ibu-ibu untuk bekerja dari rumah terbuka lebar dengan adanya internet. Kita bisa saja membuka toko online seperti halnya teman saya Endah, tidak perlu sewa toko. Yang diperlukan hanya foto-foto produk, sebuah web, domain dan hosting.
Jika dana untuk menyewa jasa web designer tidak ada kita bisa mencoba membuat sendiri dengan program yang user-friedly seperti Joomla. Untuk membeli dan menyewa domain hanya berkisar Rp. 250.000 pertahun. Sangat jauh bukan jika dibandingkan dengan biaya untuk menyewa toko.
Lalu bagaimana kalau kita tidak mempunyai barang yang kita jual? Jika kita tidak punya barang yang kita jual kita bisa saja memasarkan barang milik orang lain atau menjadi seorang Affiliate Marketing. Seluk beluk menjadi Affilate Marketing bisa dipelajari disini . Kedepannya prospek pertumbuhan internet di indonesia akan semakin besar, begitu juga dengan biaya koneksi internet akan semakin bagus. Sehingga bekerja dari rumah dengan bantuan internet menjadi satu hal yang layak di perhitungkan. Tapi yang paling patut diperhitungkan adalah waktu dan kedekatan yang bisa kita berikan bagi anak.

Independent Learner

Banyak orang menyangka bahwa orang tua harus selalu stand by untuk menjadi guru bagi anak-anaknya. Tetapi kenyataannya tidak seperti itu. Saya tidak harus selalu menghabiskan sekian waktu tertentu setiap harinya untuk mengajari anak saya seperti layaknya guru di sekolah. Itu tidak mungkin dan tidak harus dilakukan. Walaupun saya ibu rumah tangga yang mempunyai banyak waktu untuk menagajari anak, tetapi saya tidak mempunyai kapasitas untuk menjadi guru bagi semua mata pelajaran. Apalagi ketika anak menjadi besar ketika dia mulai mempelajari hal-hal yang diluar pengetahuan dan sama sekali tidak menarik bagi saya. Maka saya menempatkan diri saya sebagai fasilitator yang membantu anak untuk dapat belajar secara mandiri tanpa harus selalu tergantung dengan guru. Anak hendaknya bisa belajar dari buku, internet, film, ataupun seseorang yang mempunyai keahlian dibidang yang ingin dia pelajari.
Anak saya Rafif mempunyai ketertarikan yang besar dengan kendaraan dan mesin-mesin besar. Sedangkan pengetahuan saya sangat minim. Karena itu saya memenuhi rasa ingin tahunya dengan menyediakan berbagai buku ttg kendaraan dan alat-alat berat, atau membantu mencarikan situs-situs yang terkait. Saat ini dia senang sekali bermaindari berbagai alat transportasi yang terbuat dari kertas yang saya print dari Canon Papercraft
Untuk mendukung anak menjadi pembelajar mandiri ada 3 modal utama yang hendaknya dipupuk sedini mungkin yaitu :

1. Senang Membaca
Membaca adalah jendela ilmu pengetahuan. Terlalu klise kedengarannya ya 
Tapi membaca tidak hanya sekedar menyuarakan huruf-huruf saja, karena tidak ada gunanya membaca ketika kita tidak mengetahui apa yang kita baca. Oleh karena itu anak balita lebih baik kita memusatkan perhatian kepada literasi (kepahamannya) sebelum mengajarkannya membaca. Bagaimana membuat anak paham dan senag akan membaca akan saya tulis di posting-posting selanjutnya.

2. Punya Rasa Ingin Tahu Yang Besar
Anak belajar dari rasa ingin tahu, mereka belajar banyak dari pertanyaan-pertanyaan. Dan kita tidak perlu mengajarkan anak balita untuk banyak bertanya karena mereka secara alamiah memang suka bertanya. Hanya saja biasanya kemampuan ini akan menghilang disekolah konvensial karena mereka disibukkan untuk menjawab pertanyaan dibandingkan didukung untuk selalu ingin tahu.


3. Menguasai Bahasa Inggris
Sebagian besar informasi di internet masih dalam bahasa inggris, dan internet merupakan sumber belajar yang luar biasa. Dengan bahasa Inggris anak bisa mencari tahu lebih detil berbagai topik kesukaannya ataupun bisa ikut berbagai kelas online seperti di dunia virtual Second Life.

Senin, 16 Juni 2008

Masak

Awal menikah saya sama sekali tidak bisa memasak bahkan bercita-cita tidak akan memasak dan hanya berharap PRT yang akan mengerjakannya. Tetapi kenyataan berkata lain, sebulan setelah menikah saya saya harus tinggal di Kuala Lumpur menemani suami yang kuliah disana. Rencananya begitu saya menikah saya akan segera belajar masak tapi malah saya repot dengan urusan kantor dan lain-lain yang harus saya bereskan sebelum berangkat. Buyarlah rencana saya untuk belajar masak, bahkan saat di mobil menuju bandara pun saya masih sibuk mencatat berbagai resep masakan dari ibu saya.

Hari pertama dan kedua di Malaysia masih aman karena suami tidak kuliah jadinya kami makan ataupun beli makanan dari luar. Hari ketiga pagi mulailah pertarungan dimulai dengan bekal berbagai catatan resep makanan dari ibu saya mulai memasak udang tumis. Hasilnya .....hmmm...sedikit tawar tapi memang pada dasarnya udang itu kan sudah enak. Jadi lumayan lah masih bisa dimakan :) Selidik punya selidik ternyata ibu saya lupa menyebutkan ketumbar di resepnya hehehehe...

Besok-besoknya menu andalan saya adalah tumis sayur dan ikan goreng. Paling yang diganti jenis sayur dan ikannya saja, kalau hari ini bayam berarti besok kangkung, hari ini bandeng berarti besok kembung. Itupun setiap hari saya sms ibu saya untuk konsultasi cara memasak termasuk cara memasak bubur kacang hijau.

Sekarang masak sudah bukan masalah lagi. Practice makes perfect! Apalagi dengan bantuan Tabloid Saji sudah nggak ada lagi yang namanya bingung mau masak apa. Pengalaman ini membuat saya memutuskan akan memasukkan kurikulum memasak untuk anak saya termasuk yang laki-laki karena siapa tahu mereka nanti akan mengalami nasib seperti ibunya yang terdampar di negeri asing :)

Koneksi Internet

Sekarang ini saya mengunakan fasilitas Telkomsel Flash untuk koneksi internet dirumah. Dengan membayar Rp. 200.000 perbulan (belum termasuk pajak) saya mendapatkan waktu akses selama 40 jam. Memang lebih mahal dari Speedy yang menawarkan program Time Based 50 jam untuk paket Rp.200.000. tapi karena rumah kami belum mempunyai fixed line jadilah Telkomsel Flash pilihan kami. Sebelumnya saya sempat menggunakan jaringan Starone melalui HP CDMA tetapi Starone penghitungan biaya dilakukan berdasarkan byte dan bukan waktu membuat agak sulit untuk mengontrol pemakaian ditambah lagi saya sering mendownload ataupun mengakses situs dengan program flash. Bahkan sering kali saya harus menonaktifkan gambar di web browser saya untuk menghemat pulsa. Browsingpun menjadi ”garing” karena hanya text only.

Setelah Starone saya sempat juga mencoba layanan Wifone Esia karena tergiur dengan program internet dari telpon rumah hanya sebesar Rp 100 permenit. Lebih murah memang dari Starone tapi koneksinya lambat sekali setara dengan Telkomnet Instanlah.

Hanya bertahan 3 bulan saya kemudian meninggalkan Wifone dan beralih ke Telkomsel Flash sampai sekarang karena Flash koneksinya lumayan cepat dan stabil. Hanya saja saya masih berharap layanan Fastnet dari First Media hadir dirumah saya karena kedepannya saya ingin bisa browsing tanpa harus bolak-balik mendisconnectkan koneksi karena koneksi internetnya tidak lagi hanya 40 jam sebulan melainkan 24 jam sehari selama sebulan penuh.

Minggu, 15 Juni 2008

Awal Menjalani Homeschooling

Untuk pendidikan anak, saya dan suami memutuskan untuk memilih jalan yang sedikit dilalui orang. Kami memutuskan untuk melakukan hoemschooling untuk anak-anak kami. Pada awalnya kami tidak mengerti apa itu homeschooling bahkan tidak pernah tahu ada sistem pendidikan seperti itu. Kami hanya berniat tidak akan memasukkan anak ke sekolah Taman Kanak-Kanak setelah itu kami akan menyekolahkan anak di SD reguler. Untuk anak balita hal yang utama harus kami lakukan adalah membentuk akhlak serta kebiasaan baik. Dan anak belajar bertingkah laku baik dengan melihat contoh dari orang dewasa. Sulit untuk mengharapkan anak bertingkah laku baik hanya dengan melihat contoh anak-anak lain, yang juga sedang belajar.

Sampai suatu ketika saya membaca mengenai bersekolah dirumah yang dimuat di majalah Parents Guide. Pencarian di internet membuat saya semakin tertarik dengan homeschooling. Saya ingat website homeschooling pertama yang saya datangi adalah Besthomeschooling.org dan itu menjadi salah satu situs favorit saya sekarang.

Hasil pencarian internet juga membuat saya bertemu dengan Yayah Komariah Ketua Komunitas Homeschooling Berkemas. Melalui Bu Yayah saya juga dipertemukan dengan beberapa ibu2 – sekarang sudah menjadi sahabat2 saya - yang menjalankan homeschooling. Melalui milis sekolahrumah Milis Sekolah Rumah saya juga bertemu secara tidak langsung dengan para praktisi HS lain di Indonesia yang dengan senang hati selalu berbagi pengalaman maupun resources yang mereka punya dalam menjalankan HS.

Sekarang kami semakin mantap menjalankan homeschooling dirumah kami seterusnya karena beberapa faktor berikut:

- Saya seorang Ibu Rumah Tangga yang senang menghabiskan waktu dengan anak

- Homeschooling lebih flexible dalam segi waktu dan biaya

- Anak lebih bisa mengembangkan bakat

- Bisa memilih kurikulum yang sesuai dengan anak termasuk kurikulum Internasional, seperti Kurikulum Cambridge

Semoga perjalanan kami dalam menjalankan homeschooling akan selalu mneynangkan dan berakhir happy ending.

Summer Holiday

Libur telah tiba... Libur telah tiba... Hatiku gembira.... Siapa yang ga gembira kalau lagi liburan, apalagi kalau liburnya selama 11 min...