Jumat, 20 Juni 2008

Origami Club

Pernah ngga mencoba membuat origami tapi akhirnya gagal? Saya sering banget :( Biasanya tiap beli kertas origami saya suka nyobain bikin berdasarkan kertas petunjuk yang biasanya diselipin didalam satu plastik origami. Tapi petunjuknya suka nggak jelas, ngga jarang baru setengah jalan saya udah bingung lipatnya kemana lagi yah? Pengennya bikin mainan murah meriah untuk anak dari kertas eh yg ada malah kesel sendiri.
Sampai akhirnya "masa pencerahan" itu tiba ketika saya menemukan situs Origami Club. Karena disana tidak hanya menampilkan petunjuk dalam bentuk gambar saja tapi juga dalam bentuk animasi yang bergerak. Bahkan kita bisa mengatur animasinya apakah mau di ulang, dipercepat atau distop. Jenis-jenis origami yang ditampilkan juga sangat beragam dari mulai yang sederhana sampai origami dengan tingkat pembuatan yang sulit. Bahkan ada juga loh origami yang dibuat dari kertas koran yang bisa dibentuk menjadi sandal ataupun topi yang bisa digunakan.
Jadi buat anda penggemar ataupun baru ingin mencoba membuat origami situs ini sayang untuk dilewatkan.

Kamis, 19 Juni 2008

Bekerja Dari Rumah

Beberapa waktu lalu teman kuliah saya, Endah membuat kejutan. Tanpa ada pemberitahuan sebelumnya dia mengumumkan launching toko onlinenya Excella Galery yang menjual barang-barang kerajinan Indonesia. Sebenarnya temen saya itu sudah mempunyai pekerjaan yang lumayan bagus untuk di World Bank, tetapi keinginan untuk bekerja dari rumah membuatnya mau berjibaku untuk memulai suatu usaha baru. Bagi para ibu bekerja dari rumah memang pilihan yang ideal karena dapat memiliki banyak waktu kebersamaan dengan anak tanpa kehilangan peluang ataupun aktualisasi diri. Yang menjadi masalah adalah mau bisnis apa yah? Kalau tidak mempunyai ketrampilan atau produk yang akan di jual bagaimana? Kalau tidak punya tempat bagaimana? sewa toko kan mahal ? Ini beberapa pertanyaan yang kerap terdengar dari teman2 saya yang ingin mencoba bekerja dari rumah.
Sebenarnya peluang bagi ibu-ibu untuk bekerja dari rumah terbuka lebar dengan adanya internet. Kita bisa saja membuka toko online seperti halnya teman saya Endah, tidak perlu sewa toko. Yang diperlukan hanya foto-foto produk, sebuah web, domain dan hosting.
Jika dana untuk menyewa jasa web designer tidak ada kita bisa mencoba membuat sendiri dengan program yang user-friedly seperti Joomla. Untuk membeli dan menyewa domain hanya berkisar Rp. 250.000 pertahun. Sangat jauh bukan jika dibandingkan dengan biaya untuk menyewa toko.
Lalu bagaimana kalau kita tidak mempunyai barang yang kita jual? Jika kita tidak punya barang yang kita jual kita bisa saja memasarkan barang milik orang lain atau menjadi seorang Affiliate Marketing. Seluk beluk menjadi Affilate Marketing bisa dipelajari disini . Kedepannya prospek pertumbuhan internet di indonesia akan semakin besar, begitu juga dengan biaya koneksi internet akan semakin bagus. Sehingga bekerja dari rumah dengan bantuan internet menjadi satu hal yang layak di perhitungkan. Tapi yang paling patut diperhitungkan adalah waktu dan kedekatan yang bisa kita berikan bagi anak.

Independent Learner

Banyak orang menyangka bahwa orang tua harus selalu stand by untuk menjadi guru bagi anak-anaknya. Tetapi kenyataannya tidak seperti itu. Saya tidak harus selalu menghabiskan sekian waktu tertentu setiap harinya untuk mengajari anak saya seperti layaknya guru di sekolah. Itu tidak mungkin dan tidak harus dilakukan. Walaupun saya ibu rumah tangga yang mempunyai banyak waktu untuk menagajari anak, tetapi saya tidak mempunyai kapasitas untuk menjadi guru bagi semua mata pelajaran. Apalagi ketika anak menjadi besar ketika dia mulai mempelajari hal-hal yang diluar pengetahuan dan sama sekali tidak menarik bagi saya. Maka saya menempatkan diri saya sebagai fasilitator yang membantu anak untuk dapat belajar secara mandiri tanpa harus selalu tergantung dengan guru. Anak hendaknya bisa belajar dari buku, internet, film, ataupun seseorang yang mempunyai keahlian dibidang yang ingin dia pelajari.
Anak saya Rafif mempunyai ketertarikan yang besar dengan kendaraan dan mesin-mesin besar. Sedangkan pengetahuan saya sangat minim. Karena itu saya memenuhi rasa ingin tahunya dengan menyediakan berbagai buku ttg kendaraan dan alat-alat berat, atau membantu mencarikan situs-situs yang terkait. Saat ini dia senang sekali bermaindari berbagai alat transportasi yang terbuat dari kertas yang saya print dari Canon Papercraft
Untuk mendukung anak menjadi pembelajar mandiri ada 3 modal utama yang hendaknya dipupuk sedini mungkin yaitu :

1. Senang Membaca
Membaca adalah jendela ilmu pengetahuan. Terlalu klise kedengarannya ya 
Tapi membaca tidak hanya sekedar menyuarakan huruf-huruf saja, karena tidak ada gunanya membaca ketika kita tidak mengetahui apa yang kita baca. Oleh karena itu anak balita lebih baik kita memusatkan perhatian kepada literasi (kepahamannya) sebelum mengajarkannya membaca. Bagaimana membuat anak paham dan senag akan membaca akan saya tulis di posting-posting selanjutnya.

2. Punya Rasa Ingin Tahu Yang Besar
Anak belajar dari rasa ingin tahu, mereka belajar banyak dari pertanyaan-pertanyaan. Dan kita tidak perlu mengajarkan anak balita untuk banyak bertanya karena mereka secara alamiah memang suka bertanya. Hanya saja biasanya kemampuan ini akan menghilang disekolah konvensial karena mereka disibukkan untuk menjawab pertanyaan dibandingkan didukung untuk selalu ingin tahu.


3. Menguasai Bahasa Inggris
Sebagian besar informasi di internet masih dalam bahasa inggris, dan internet merupakan sumber belajar yang luar biasa. Dengan bahasa Inggris anak bisa mencari tahu lebih detil berbagai topik kesukaannya ataupun bisa ikut berbagai kelas online seperti di dunia virtual Second Life.

Senin, 16 Juni 2008

Masak

Awal menikah saya sama sekali tidak bisa memasak bahkan bercita-cita tidak akan memasak dan hanya berharap PRT yang akan mengerjakannya. Tetapi kenyataan berkata lain, sebulan setelah menikah saya saya harus tinggal di Kuala Lumpur menemani suami yang kuliah disana. Rencananya begitu saya menikah saya akan segera belajar masak tapi malah saya repot dengan urusan kantor dan lain-lain yang harus saya bereskan sebelum berangkat. Buyarlah rencana saya untuk belajar masak, bahkan saat di mobil menuju bandara pun saya masih sibuk mencatat berbagai resep masakan dari ibu saya.

Hari pertama dan kedua di Malaysia masih aman karena suami tidak kuliah jadinya kami makan ataupun beli makanan dari luar. Hari ketiga pagi mulailah pertarungan dimulai dengan bekal berbagai catatan resep makanan dari ibu saya mulai memasak udang tumis. Hasilnya .....hmmm...sedikit tawar tapi memang pada dasarnya udang itu kan sudah enak. Jadi lumayan lah masih bisa dimakan :) Selidik punya selidik ternyata ibu saya lupa menyebutkan ketumbar di resepnya hehehehe...

Besok-besoknya menu andalan saya adalah tumis sayur dan ikan goreng. Paling yang diganti jenis sayur dan ikannya saja, kalau hari ini bayam berarti besok kangkung, hari ini bandeng berarti besok kembung. Itupun setiap hari saya sms ibu saya untuk konsultasi cara memasak termasuk cara memasak bubur kacang hijau.

Sekarang masak sudah bukan masalah lagi. Practice makes perfect! Apalagi dengan bantuan Tabloid Saji sudah nggak ada lagi yang namanya bingung mau masak apa. Pengalaman ini membuat saya memutuskan akan memasukkan kurikulum memasak untuk anak saya termasuk yang laki-laki karena siapa tahu mereka nanti akan mengalami nasib seperti ibunya yang terdampar di negeri asing :)

Koneksi Internet

Sekarang ini saya mengunakan fasilitas Telkomsel Flash untuk koneksi internet dirumah. Dengan membayar Rp. 200.000 perbulan (belum termasuk pajak) saya mendapatkan waktu akses selama 40 jam. Memang lebih mahal dari Speedy yang menawarkan program Time Based 50 jam untuk paket Rp.200.000. tapi karena rumah kami belum mempunyai fixed line jadilah Telkomsel Flash pilihan kami. Sebelumnya saya sempat menggunakan jaringan Starone melalui HP CDMA tetapi Starone penghitungan biaya dilakukan berdasarkan byte dan bukan waktu membuat agak sulit untuk mengontrol pemakaian ditambah lagi saya sering mendownload ataupun mengakses situs dengan program flash. Bahkan sering kali saya harus menonaktifkan gambar di web browser saya untuk menghemat pulsa. Browsingpun menjadi ”garing” karena hanya text only.

Setelah Starone saya sempat juga mencoba layanan Wifone Esia karena tergiur dengan program internet dari telpon rumah hanya sebesar Rp 100 permenit. Lebih murah memang dari Starone tapi koneksinya lambat sekali setara dengan Telkomnet Instanlah.

Hanya bertahan 3 bulan saya kemudian meninggalkan Wifone dan beralih ke Telkomsel Flash sampai sekarang karena Flash koneksinya lumayan cepat dan stabil. Hanya saja saya masih berharap layanan Fastnet dari First Media hadir dirumah saya karena kedepannya saya ingin bisa browsing tanpa harus bolak-balik mendisconnectkan koneksi karena koneksi internetnya tidak lagi hanya 40 jam sebulan melainkan 24 jam sehari selama sebulan penuh.

Minggu, 15 Juni 2008

Awal Menjalani Homeschooling

Untuk pendidikan anak, saya dan suami memutuskan untuk memilih jalan yang sedikit dilalui orang. Kami memutuskan untuk melakukan hoemschooling untuk anak-anak kami. Pada awalnya kami tidak mengerti apa itu homeschooling bahkan tidak pernah tahu ada sistem pendidikan seperti itu. Kami hanya berniat tidak akan memasukkan anak ke sekolah Taman Kanak-Kanak setelah itu kami akan menyekolahkan anak di SD reguler. Untuk anak balita hal yang utama harus kami lakukan adalah membentuk akhlak serta kebiasaan baik. Dan anak belajar bertingkah laku baik dengan melihat contoh dari orang dewasa. Sulit untuk mengharapkan anak bertingkah laku baik hanya dengan melihat contoh anak-anak lain, yang juga sedang belajar.

Sampai suatu ketika saya membaca mengenai bersekolah dirumah yang dimuat di majalah Parents Guide. Pencarian di internet membuat saya semakin tertarik dengan homeschooling. Saya ingat website homeschooling pertama yang saya datangi adalah Besthomeschooling.org dan itu menjadi salah satu situs favorit saya sekarang.

Hasil pencarian internet juga membuat saya bertemu dengan Yayah Komariah Ketua Komunitas Homeschooling Berkemas. Melalui Bu Yayah saya juga dipertemukan dengan beberapa ibu2 – sekarang sudah menjadi sahabat2 saya - yang menjalankan homeschooling. Melalui milis sekolahrumah Milis Sekolah Rumah saya juga bertemu secara tidak langsung dengan para praktisi HS lain di Indonesia yang dengan senang hati selalu berbagi pengalaman maupun resources yang mereka punya dalam menjalankan HS.

Sekarang kami semakin mantap menjalankan homeschooling dirumah kami seterusnya karena beberapa faktor berikut:

- Saya seorang Ibu Rumah Tangga yang senang menghabiskan waktu dengan anak

- Homeschooling lebih flexible dalam segi waktu dan biaya

- Anak lebih bisa mengembangkan bakat

- Bisa memilih kurikulum yang sesuai dengan anak termasuk kurikulum Internasional, seperti Kurikulum Cambridge

Semoga perjalanan kami dalam menjalankan homeschooling akan selalu mneynangkan dan berakhir happy ending.

Kenalan Yuk

Assalamualaikum wr wb.

Ini postingan saya yang pertama di jurnal ini. Anggaplah ini perkenalan saya. Saya mau cerita dulu dikit tentang saya. Nama saya Dara Maina, ibu dari dua anak balita yaitu Abdurrahman Rafif (Maret 2004) dan Aisyah Mutmainnah (September 2006). Keputusan untuk menjadi full time mother diambil karena saya ingin memaksimalkan waktu saya untuk mendidik anak dan kami percaya bahwa ibu adalah guru pertama dan utama bagi anak. Saya menikah dengan belahan jiwa saya Ronny Hendra tepat satu hari sebelum hari ulang tahun saya 11 Mei 2003. Seandainya saya bisa request ke Gigi sayaingin minta agar lagu 11 Januarinya diganti jadi 11 Mei J

Kalau Andrea Hirata menuliskan Laskar Pelangi sebagai dedikasinya untuk Bu Muslimah guru Sdnya maka saya membuat blog ini sebagai rasa apresiasi saya kepada Bu guru menulis saya di Kelas Menulis yaitu Mbak Endah Soekarsono. Sebelum bertemu Mbak Endah saya membeli berbagi buku teori belajar menulis, tapi tetap saja tidak membuat saya bergairah ataupun punya rasa PeDe untuk menulis. Mbak Endah dengan berbagai support dan arahannya membuat saya merasa punya kepercayaan diri untuk menulis.

Saya memutuskan untuk mulai menulis hari-hariyang saya jalani, serta pikiran-pikiran saya sebagai FTM. Karena menjalani hari-hari sebagai FTM bagaikan menjalani hari yang cerah penuh warna-warni. Terlalu sayang dilewatkan tanpa menggores sedikit kenangan. Menulis jurnal ini juga akan membuat saya dapat mengikat makna dari berbagi ilmu yang datang dalam kehidupan saya.

Summer Holiday

Libur telah tiba... Libur telah tiba... Hatiku gembira.... Siapa yang ga gembira kalau lagi liburan, apalagi kalau liburnya selama 11 min...