Jumat, 25 Maret 2011

Traveling

Proses kepindahan kami ke Arab Saudi ternyata mengalami banyak kendala. Sampai hari ini kami masih berdomisili di Aceh sementara Abi bolak-balik KSA - Aceh setiap bulannya. Pernah juga ada wacana untuk menetap di Bahrain karena prosedur untuk permanent residentnya lebih mudah , tapi situasi politik Bahrain juga saat ini tidak kondusif membuat kami memilih untuk tetap tinggal di Aceh.

Tapi selalu ada hikmah di setiap kejadian. Penundaan kami menetap di KSA membuat anak-anak bisa traveling ke berbagai tempat. dari mulai kampung sampai dengan luar negeri. Selama tinggal di Aceh saya dan anak-anak bergantian tinggal di rumah mertua dan ibu saya. Mertua saya tinggal di Banda Aceh sedangkan ibu saya tinggal di Lhokseumawe 6 jam perjalanan darat dari Banda Aceh. Sepanjang perjalanan Banda Aceh - Lhokseumawe kami melewati sawah, gunung, laut dan hutan. Semua tempat yang biasanya hanya bisa dilihat di buku sekarang bisa dilihat langsung oleh anak-anak. Bisa melihat monyet di pinggir hutan atau gajah yang sudah dilatih di daerah Saree daerah pengunungan yang baru-baru ini diresmikan menjadi tempat perkemahan oleh Presiden SBY. Anak-anak bisa merasakan mandi laut dan juga sungai yang dilewati di sepanjang perjalanan. Mereka bisa melihat perbedaan jelas antara kota propinsi dan kecamatan. Mereka belajar mengenai geografi dan ilmu sosial langsung tanpa perlu teks book. Ini hanya bisa terwujud melalui homeschooling karena tidak mungkin bepergian setiap bulan jika terikat pada absen sekolah.


Selain mobil pribadi anak-anak juga merasakan naik bis antar kota pada malam hari ke Medan ibukota Propinsi Sumatera Utara. Rafif jadi tahu bahwa tidak semua ibu kota propinsi itu sama. Banda aceh bisa dihitung kota besar di Aceh tapi ternyata masih kecil jika dibandingkan Medan. Sayang waktu kami ke Medan tidak sempat berkunjung ke Danau Toba. 

Berbekal tiket murah dari Air Asia kami juga sempat 2 kali ke Kuala Lumpur dan 1 kali ke Singapura.Biaya dan waktu tempuh dari Banda Aceh ke Kuala Lumpur lebih sedikit jika dibandingkan Banda Aceh - Jakarta. Jadi pergi keluar negeri bagi orang Aceh bukan barang mewah lagi.   Rafif dan Aisyah jadi punya pengalaman keluar negeri. Melihat dunia lain yang bahasa dan orang-orangnya berbeda. Berkunjung ke tempat - tempat yang menjadi ikon negara yang selama ini hanya mereka lihat di gantungan kunci seperti menara kembar Petronas dan Patung Singa. Merasakan salju buatan di Snow World. Bermain sekaligus belajar sains di Petrosains Kuala Lumpur dan Singapore Science Centre. Naik alat transportasi yang unik seperti bebek yang bisa jalan di darat dan air atau naik bis tingkat yang terbuka atapnya, nonton pertunjukkan laser plus kembang api serta belanja buku-buku impor hanya seharga 7000 - 50.000 saja.

Kami juga sempat dua kali ke Jakarta untuk suatu keperluan. Jika ke Jakarta maka jadwal tetapnya adalah Kidzania dan toko buku. Jadwal tetap saya ke Jakarta adalah bertemu teman-teman di komunitas Berkemas terutama Bu Yayah. Satu hal yang berat saya tinggalkan di Jakarta adalah Komunitas Berkemas, apalagi semenjak di Aceh saya merasa menjalankan HS sendirian. Pada pertemuan kemarin saya sempat 3 kali datang pada sesi pelatihan GIPIKA (Gerakan Ibu Pintar Matematika).

Alhamdulillah penundaan kami pindah ke KSA membuat anak-anak mempunyai kesempatan traveling ke berbagai tempat tidak hanya mal tapi juga masuk ke pelosok-pelosok kampung.

Tidak ada komentar:

Summer Holiday

Libur telah tiba... Libur telah tiba... Hatiku gembira.... Siapa yang ga gembira kalau lagi liburan, apalagi kalau liburnya selama 11 min...